Ringkasan Tulisan Akademik UGM FISIPOL
Tulisan akademik adalah tulisan mengenai sebuah argumen yang baik yang disusun secara sistematis dan jelas. Untuk mencapai hal tersebut hubungan logis, berurut dan konsistensi dalam tulisan harus terkait dengan benang merah.
Kegagalan dalam menjelaskan gagasan secara sistematis karena tujuan utama dari penulisan tidak muncul, karena banyaknya argument yang ditampilkan sehingga argumen utamanya tenggelam dengan argumen-argumen pendukung. Argument utama di jelaskana secara berputar-putar dan tidak utuh, terlalu banyak menjelaskan logika skundernya di banding logika primernya. Pembahasan terlalu berputar-putar. Penjelasan yang tidak konsisten antara data-data yang di tampikan kurang mendukung gagasan utama malah menjebak menuju pada gagasan skunder. Misal ketika ingin menulis terkait mengenai bagaimana proses pebentukan terjadinya perilaku korupsi malah menampikan banyak tulisan terkait dengan dampak korupsi. Dengan kata lain untuk membuat tulisan yang gagasan nya jelas maka tulisan fokus pada satu gagasan utama, dari awal telah membuat argumen-argumen kuat mengenai gagasan utama tersebut dan tulisa didukung dengan penjelasan yang logis dan memiliki benang merah dalam fokus gagasan utama.
Beberapa kriteria argumen dan gagasan tulisan yang baik yaitu adanya (1) tesis yaitu dugaan dari gagasan pemikiran yang dapat dijelaskan secara runtun. (2) pandangan peneliti lain yang mendukung argumen tesis penulis. (3) seperangkat premis yang disusun runtun untuk menggambarkan argumen dengan jelas. (4) bukti yang menunjukkan jawaban tesis terhadap premis tersebut. (5) kesimpulan yang meyakinkan bahwa argumen tersebut masuk akal dan dapat di terima pembaca.
Tingkat Kedalaman sebuah Tulisan
Sebuah tulisan dengan gagasan pada (1) tingkat paling rendah adalah bagaimana tulisan menunjukkan kesenjangan antara kondisi ideal (das sollen) dan kenyataan (das sein). Pada tulisan ini kita hanya menulis fenomena yang terjadi yang tidak berjalan sesuai dengan harapan atau semestinya. Bisa juga di duking dengan tesis-tesis berdasarkan pengetahuan logika yang dimiliki. (2) Pada tingkatan yang lebih tinggi gagasan di sampaikan dengan membandingkan beberapa penelitian dan mengetahui beberapa faktor penyebab dari penelitian tersebut. Hasil penelitian terdahulu, perdebatan teoritis dan kemampuan pengetahuan menjadi sumber pintu masuk dalam membangun argumen baru yang lebih komprehensif. (3) Pada tingkatan paling tinggi adalah mempertanyakan keabsahaan atau kesahihan dari sebuah argumen atau pendapat yang mapan. misal selama ini banyak faktor yang menjelaskan sebuah teori yang sudah banyak teruji dan mencapai kemapapan maka dengan perubahan kondisi sosial maka teori tersebut dapat bergeser, penulis mencoba mengkritisi teori tersebut dan berusahan membangun argumen baru beserta data pendukung yang lengkap sehingga memunculkan variabel penentu baru untuk menjawa teori atau argumen yang lebih mapan. Misalnya, hasil penelitian Clifford Geertz (1992) yang menyimpulkan bahwa masyarakat Jawa terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu: santri, abangan, dan priayi. Kita bisa menulis artikel tentang hal yang sama dengan cara melawan pendapat Geertz tersebut dan menunjukkan bahwa kategorinya tumpang tindih. Priayi dalam kategori Geertz bukanlah kategori yang bisa menunjukkan tingkat religiusitas seseorang melainkan kategori sosial yang membedakannya dengan kalangan bawah. Dengan sudut yang lain, seorang penulis bisa menemukan argumen lain bahwa masyarakat Jawa bukan seperti yang digambarkan Geertz. Misalnya, temuan Nakamura menunjukkan bahwa kategori statis santri dan abangan tidak muncul di masyarakat Yogyakarta. Pada kenyataannya, ada proses dinamis Islamisasi dari masyarakat yang semula abangan menjadi santri sebagaimana ditunjukkan dengan adanya berbagai pengajian.
Contoh lain adalah penelitian-penelitian tentang politik dan birokrasi di Indonesia yang selama ini menghasilkan kesimpulan tentang kuatnya peran negara atau birokrasi. Temuan-temuan tersebut memunculkan berbagai istilah seperti bureaucratic polity atau patrimonial bureaucracy (Crouch, 1979), corporatist state (King, 1982), atau clientalism state. Akan tetapi, hal itu telah disanggah dengan tulisan yang mengatakan bahwa proses pembuatan kebijakan di Indonesia lebih mengarah pada pluralism dan menegaskan kuatnya peran institusi nonnegara (MacIntyre, 1988).
Jenis Struktur Penulisan
Esensi karya akademik adalah adanya argumen yang jelas. Penulis wajib menghadirkan argumen dalam tulisannya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menghadirkan argumen? Argumen suatu karya akademik merupakan kesatuan dari ide-ide pokok yang tercantum dalam paragraf. Titik tekan menghadirkan argumen terletak pada susunan paragaf. Paragaf adalah elemen-elemen pembangun argumen dalam suatu karya akademik.
Crème dan Lea (2008) menjelaskan beberapa jenis paragraf, yaitu kronologi, deskripsi, sebab-akibat, perbandingan, dan evaluasi. Masing-masing jenis dapat berdiri sendiri atau berkolaborasi untuk membangun suatu argumen. Misalnya, argumen evaluasi dapat disusun dengan paragraf evaluasi semata atau menggabungkan antara paragraf kronologi, deskripsi, sebab-akibat, dan evaluasi.
Jenis paragraf:
(1) Kronologi, Karakteristik utama paragraf kronologi adalah gagasan yang berbasis sekuen waktu (time line). Penyajian runtut berdasarkan alur waktu menjadi kekuatan jenis paragraf ini.
(2) Deskripsi, Jenis paragraf deskripsi bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena secara detail. Dalam istilah Geertz, hal ini disebut deskripsi mendalam (thick description) Keunggulan paragraf deskriptif adalah mampu menjelaskan konsep yang abstrak secara lebih konkret sehingga mudah dipahami pembaca. Ada berbagai strategi yang lazim digunakan dalam jenis paragraf ini, misalnya: diagram, tabel, monografi, dan tipologi. Kualitas penulisan paragraf deskripsi tergantung pada kedalaman penjelasan. Banyak penulis terjebak dalam pola reportase sehingga sulit membedakan antara liputan berita atau karya akademik
(3) Sebab-Akibat, Logika pikir yang mendasari penulisan paragraf sebab-akibat adalah hubungan satu isu atau fenomena dengan isu atau fenomena lain. Kata kuncinya adalah tidak ada isu atau fenomena yang berdiri sendiri. Ada tiga pertanyaan mendasar yang lazim di dalam paragraf sebab-akibat. Pertama, apa yang terjadi? Pertanyaan ini menuntut pemahaman penulis untuk menetapkan isu atau fenomena yang menjadi substansi penulisan. Sangat mungkin isu yang dipaparkan lebih dari satu. Namun demikian, variasi isu tidak dimaksudkan untuk membandingkan dan hanya memperkaya fenomena sejenis. Kedua, bagaimana hal tersebut terjadi? Pemaparan mengenai proses bekerjanya suatu isu atau fenomena sehingga memengaruhi munculnya fenomena lain. Ketiga, apa konsekuensi yang ditimbulkan? Akhir dari paragraf sebab-akibat menjelaskan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan atas suatu fenomena.
(4) Perbandingan, Paragraf perbandingan bertujuan untuk membandingkan dua hal atau lebih. Perbandingan dilakukan berbasis indikatorindikator tertentu. Oleh sebab itu, paparan indikator pembanding penting ada dalam paragraf perbandingan. Indikator-indikator inilah yang akan menunjukkan persamaan dan perbedaan isu dan fenomena yang dibandingkan. Catatan kritis dalam jenis paragraf ini adalah ketidakjelasan indikator pembanding. Banyak penulis tidak menggunakan indikator pembanding yang konsisten ketika membandingkan dua hal atau lebih.
(5) Evaluasi, Paragraf evaluasi bertujuan untuk memberikan penilaian (judgement) terhadap kebijakan atau program yang dievaluasi. Sangat mungkin beberapa penulis memberikan penilaian yang berbeda terhadap satu isu yang sama. Perbedaan ini terkait dengan penggunaan perspektif. Oleh sebab itu, paparan perspektif yang menjadi pijakan dalam evaluasi penting adanya dalam paragraf jenis ini. Hal ini penting agar pembaca mengetahui perspektif yang digunakan. Selain itu, juga penting untuk memaparkan indikator-indikator yang menjadi dasar evaluasi.
Bentuk Karya Akademik
1. Ringkasan (Summary) Membaca ringkasan menjadi pilihan bagi para pembelajar untuk memahami karya akademik secara cepat. Ringkasan merupakan versi singkat dari sebuah teks (buku, artikel jurnal, laporan penelitian). Tujuan menulis ringkasan adalah menyajikan kepada pembaca sebuah gagasan paling penting dari sebuah teks dan memampatkan informasi dan argumen yang digunakan dalam mendukung gagasan utama sebuah tulisan (Friedman & Steinberg, 1989:140). Struktur penulisan dalam ringkasan lebih bersifat langsung (straight forward). Ringkasan berisi tentang inti dari latar belakang, perspektif, argumen yang didukung bukti-bukti, metode (jika hasil penelitian), dan kesimpulan atau refleksi teoretis. Secara umum, panjang ringkasan antara 750-1.000 kata. Ringkasan ditulis dengan kalimat sendiri atau tidak menyalin kalimat dalam teks. Oleh sebab itu, kemampuan parafrase mutlak dimiliki untuk menulis ringkasan.
2. Tinjauan Kritis (Critical Review)
Tinjauan kritis adalah sebuah tulisan yang lebih rumit daripada ringkasan karena mensyaratkan, antara lain, kemampuan untuk menganalisis teks seperti yang dimaksudkan penulisnya, gagasan pengendali atau tesis, menganalisis teknik pengorganisasian, dan kemampuan meringkas (summary). Tujuan tinjauan kritis adalah memberikan penilaian kualitas sebuah tulisan. Ada dua pertanyaan mendasar untuk memberikan penilaian sebuah tulisan. Pertama, apakah informasi disajikan secara objektif? Kedua, apakah pendapat penulis fair dan logis (masuk akal)?
3. Esai
Esai adalah salah satu karya akademik yang paling sering dijumpai oleh mahasiswa. Dalam proses pembelajaran setiap semester, tidak sedikit dosen memberikan tugas membuat esai. Oleh sebab itu, kemampuan menulis esai mutlak dimiliki mahasiswa. Banyak definisi berkembang untuk menggambarkan esai. Namun demikian, terdapat satu kesepahaman bahwa esai terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, batang tubuh atau isi, dan penutup atau kesimpulan. Bagian pengantar terdiri dari gambaran umum dan tesis yang akan dijawab melalui esai. Esai biasanya diawali dengan pernyataan secara eksplisit kalimat tesis atau gagasan pengendali.
4. Tugas Akhir
Setiap jenjang pendidikan mensyaratkan mahasiswanya untuk menulis sebuah karya ilmiah yang menjadi tugas akhir. Karya Ilmiah bagi mahasiswa pendidikan S1 adalah skripsi, bagi mahasiswa S2 adalah tesis, dan bagi mahasiswa S3 adalah disertasi. Perbedaan ketiga bentuk karya ilmiah tersebut terletak pada kedalaman pembahasannya. Oleh sebab itu, jumlah kata untuk tiap-tiap tugas akhir pun berbeda-beda. Setiap institusi pendidikan memiliki aturan tersendiri mengenai jumlah kata untuk penulisan tugas akhir. Namun demikian, berdasarkan perbandingan (benchmarking) aturan akademik di berbagai universitas terkemuka di dunia dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata jumlah kata tugas akhir adalah sebagai berikut: 1. Skripsi Sarjana : 15.000-25.000 kata 2. Tesis Pascasarjana : 30.000-40.000 kata 3. Disertasi Doktoral : 80.000-100.000 kata
Gambaran Umum Tulisan
Sebuah tulisan secara garis besar minimal harus memuat pendahuluan, isi, dan penutup.
- Bagian pendahuluan mengutarakan garis besar dan rencana yang akan ditulis oleh penulis.
- Isi merupakan bagian yang berisi pemaparan argumentasi dan analisis yang ingin disampaikan penulis.
- Penutup merupakan bagian tempat penulis menyampaikan kesimpulan dari hasil analisisnya.
Pendahuluan
Pendahuluan mempunyai dua fungsi yang mendasar dalam sebuah rangkaian tulisan. Fungsi yang pertama adalah memberikan ruang kepada penulis untuk mendeklarasikan posisinya atas isu atau topik bahasan atau cara pandang, metode, dan landasan berpikir atau kajian teoretiknya. Penentuan posisi yang jelas oleh penulis dapat memberikan sumbangan bagi topik yang sedang dibahas. Fungsi kedua adalah menunjukkan kepada pembaca mengenai permasalahan yang sebenarnya menjadi pijakan awal menulis, alasan menjadi masalah, dan perlunya pemecahan atas permasalahan itu.
Pendahuluan setidak-tidaknya berisi reviu referensi awal, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan hipotesis. Namun tidak semua komponen itu terdapat dalam sebuah tulisan dan hal ini sangat tergantung pada bentuk tulisan dan metode penelitian yang digunakan penulis. Bentuk tulisan jurnal dengan laporan hasil penelitian seperti skripsi, tesis, dan disertasi berbeda format strukturnya. Perbedaan metode penelitian yang digunakan juga membawa konsekuensi pada format strukturnya. Misalnya, dalam penelitian kuantitatif terdapat hipotesis yang dinyatakan secara lugas, sedangkan dalam penelitian kualitatif cukup dengan bentuk pertanyaan penelitian atau rumusan masalah serta argumen. Berikut ini adalah komponen-komponen yang selayaknya terdapat dalam bagian pendahuluan.
Pendahuluan menjelaskan sebagai berikut:
1. Pemaparan Topik (Kenapa topik ini penting dan menarik?)
2. Tinjau awal, menjelaskan mengenai pembahasan-pembahasan terdahulu, bagian-bagia penting, perbedaan-perbedaan penelitian. Tinjauan awal memetakan konsep, topik pembahasan, sehingga pokok pembahasan menjadi jelas posisinya.
3. Argumentasi Tulisan
mengeluarkan ide yang lebih spesifik dari tinjauan awal berdsarkan fenomena dan fakta yang ada. atau bisa juga membantah temuan terdahulu dari kondisi yang dilihat. kemudian disusun argumen yang kuat kenapa perbedaan terjadi
Argumentasi dengan logika deduktif merupakan argumentasi yang dimulai dengan menampilkan hal-hal yang bersifat umum dan kemudian mengarah pada hal-hal yang lebih khusus. Ia dimulai dengan mengetengahkan argumentasi utama dan kemudian menurunkan uraian yang berupa fakta, referensi, dan analisis untuk memperjelasnya. Argumentasi dengan logika induktif dimulai dengan memaparkan bukti-bukti yang mendukung argumentasi secara lengkap, sebelum diakhiri dengan ide besar argumentasinya.
4. Fokus
Fokus kajian merupakan pemosisian penulis atas hal yang akan menjadi inti tulisannya dengan menunjukkan hal-hal yang akan dibahas dan paradigma atau sudut pandang untuk membahasnya. Fokus kajian lazimnya dirumuskan menjadi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian atau hipotesis dalam penelitian kuantitatif.
- Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan yang memberikan penekanan utama atas permasalahan yang dibahas dalam sebuah tulisan. Bagian ini diawali dengan menunjukkan pemaparan argumentasi secara rasional kemudian ditutup dengan sebuah kesimpulan yang dapat menunjuk pada satu fokus permasalahan yang jelas
- Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan pernyataan yang tegas oleh penulis untuk bertanya mengenai permasalahan yang akan dibahas dan dicari jawabannya.
- Hipotesis
Pernyataan hipotesis (sebuah atau beberapa tesis yang hendak ditunjukkan kebenarannya) biasanya digunakan dalam sebuah tulisan bermetode kuantitatif. Pernyataan hipotesis dalam laporan penelitian biasanya menunjukkan sebuah hubungan antara atau pengaruh atas minimal dua variabel.
H1 : Terdapat perubahan motivasi pegawai sebelum dan setelah memasuki organisasi publik (DJBC)
H2:
Pengorganisasian Tulisan
Tujuan organisasi tulisan adalah penulis perlu memberitahukan kepada pembaca tentang tulisannya agar dapat diketahui garis besar isi dari pendahuluan, isi atau pembahasan, sampai kesimpulan dan penutup. Pembaca dapat lebih mudah mengikuti alur dan logika penulis atau menyelaraskannya dengan pemikiran penulis. Pembaca juga dapat menemukan secara cepat hal-hal yang ingin dicarinya dari tulisan tersebut tanpa harus membacanya secara keseluruhan. Hal ini hanya dipakai oleh pembaca untuk memastikan bahwa di dalam tulisan tersebut terdapat isi atau pembahasan yang diinginkan sebelum membaca secara keseluruhan.
Kajian Teoretik
Reviu Referensi Terdahulu
Reviu referensi terdahulu berisi mengenai hasil-hasil terdahulu yang bisa berupa hasil analisis atau hasil penelitian. Berbeda sedikit dengan bagian reviu awal, referensi terdahulu mengulas lebih komplit dan memasukkan hasil analisis, metode yang digunakan, lokasi, dan waktunya. Referensi yang digunakan, baik dalam reviu awal maupun referensi terdahulu boleh sama, namun tidak boleh berulang sama persis. Referensi terdahulu bermanfaat pertama, untuk dapat membantu membangun argumentasi penulis mengenai sebuah topik, sebelum nantinya dibahas lebih mendalam dalam analisis. Argumentasi dibangun dengan menunjukkan fakta atas referensi dan/atau penelitian terdahulu yang selaras dan mendukung ide penulis. Argumentasi juga dapat dilakukan dengan menunjukkan kontradiksi pada topik yang bersangkutan dan penulis dapat memosisikan dirinya pada sebuah pilihan yang berdasar reviu awal ini. Kedua, membantu mengetengahkan orisinalitas analisis dan argumentasi penulis mengenai topik yang sedang dibahas. Penulis kadangkala terjebak dengan sebuah topik bahwa yang pertama membahas itu adalah yang original tanpa memberikan pembandingan atas penelitian dan referensi terdahulu. Penulis harus dapat memberi pembanding dan menunjukkan sisi orisinalitasnya atas penelitian terdahulu baru kemudian menyatakan orisinil.
Landasan Teori
Landasan teori merupakan pemaparan akan teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam sebuah penelitian yang menggunakan dasar berpikir deduktif. Teori dimulai dengan menunjukkan teori besarnya dan diturunkan pada middle theory sampai pada operasionalnya.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian tempat penulis mengemukakan proses melakukan penelitian sebagai dasar terciptanya tulisan. Selayaknya metode penelitian berisi tentang halhal berikut ini
Pemaparan atas perbedaan terhadap metode yang dipergunakan seperti strategi penelitian, variable penelitian jika penelitian kuantitatif, data dan yang lainnya terhadap penelitian yang dilakukan terdahulu. Aspek kebaruan dalam sebuah penelitian tidak hanya terbatas pada isu atau subtansi, namun bisa juga pada objek penelitian, lokasi, data, dan metodenya.
b. Menunjukkan pendekatan metode penelitian (kuantitatif atau kualitatif) yang digunakan dan alasan yang mendasari pemilihan metode ini sehingga pemilihan metode penelitian bukan tanpa dasar atau sekadar sebagai suatu kebiasaan. Metode penelitian yang digunakan harus selaras dengan tujuan penelitian dan objek atau data penelitian yang dilakukan. Tingkatan yang lebih tinggi lagi adalah sampai pembandingan kelebihan dan kekurangan atas metode tersebut.
c. Menunjukkan strategi dan tahapan-tahapan yang digunakan dalam menjalankan proses penelitian. Tahapan-tahapannya terdiri dari, misalnya, pengumpulan data (observasi, data sekunder, dan wawancara). Berkenaan dengan hal ini, yang ditampilkan bukan hanya definisi atau pengertian atas tahapan itu, namun juga hal yang dilakukan dengannya. Penulisan aktivitas wawancara, sebagai contoh, perlu memaparkan bentuk wawancara, siapa yang diwawancara, dan global pertanyaannya.
d. Apabila menggunakan data sekunder, penulis perlu memaparkan karakteristik data tersebut, misal sumber dan tanggal aksesnya.
e. Khusus untuk penelitian kuantitatif biasanya disertai dengan penjelasan atas variabel yang digunakan, model jika menggunakannya, dan penjelasan mengenai alat analisisnya.
0 comments:
Posting Komentar