Rabu, 26 Oktober 2022

Teori Perbandingan Sosial (Festinger, 1954)

 Teori Perbandingan Sosial

(Festinger, 1954)


Mengevaluasi diri dengan mengukur orang lain sebagai pembanding, mengapa harus mengevaluasi diri? mengevaluasi penting untuk meyakinkan status sosial seseorang, seseorang merasa perlu mengukur statusnya dalam kondisi sosial (apakah hal ini memang sudah cara kerja otak?) bukan, hal ini merupakan karena adanya posisi sosial tersebut. Pembanding ini mempengaruhi self-esteem (harga diri/posisi sosial) dan akan memperjelas statusnya dalam kondisi sosial di sekitarnya. Posisi sosial ini sangat mempengaruhi kedudukan dalam sosial, orang yang tidak dapat menempatkan posisi sosialnya pada tempat yang dia inginkan akan mengalami pressure dan stress,


Dorongan untuk mengevaluasi diri dengan perbandingan antara lain:

  • Mempertegas persepsi posisi sosial, dengan mengevaluasi diri dengan orang lain akan memperjelas mengenai kedudukan kita dan orang lain sehingga posisi status sosial dapat terlihat

  • Mencapai harapan yang diinginkan, karena mengejar yang kita inginkan dalam sosial sehingga kita membandingkan dengan orang yang kita lihat apakah posisi kita sudah sama atau belum dan apakah kita sudah sampai pada posisi orang tersebut


Instrumen alat ukur

ketika kita membandingkan kita mengukur dengan instrumen yang tidak spesifik, misal hanya melihat pada satu sisi. Orang yang kaya belum tentu bahagia, kita membandingkan diri kita yang bahagia walau miskin dengan orang kaya, kesalahan terbesar adalah membandingkan dengan instrumen yang salah, karena mengukur sosial tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. aspek pengukuran berupa material dan non material 

Aspek pembanding melihat kesamaan setara, misal mahasiswa dengan mahasiswa, pekerja sektor publik dan swasta maupun dengan posisi non setara. beberapa penelitian terkait perbandingan sosial antara lain Thornton dan Arrowood (1966) menambahkan bahwa individu cenderung untuk menghindari perbandingan dengan arah kebawah, ketika perbandingan tersebut dan bukan merupakan ancaman. Seseorang akan merasa perbandingan ke bawah dapat mengurangi tekanan yang didapat dari kegagalan mencapai perbandingan ke atas dan perbandingan ke bawah juga dapat menetralisir dorongan untuk mencapai posisi pada perbandingan di atas.

(Buunk, dkk, 1990) arah perbandingan ke atas atau kebawah tidak secara intrinsik memiliki hubungan dengan afeksi/emosional, respon dapat positif maupun negatif, tergantung pada aspek mana yang jadi pembandingnya. Wheeler dan Miyake (1992)  menunjukkan perbandingan ditujukan kepada orang-orang terdekat, yang frekuensi bertemunya tinggi (misal : keluarga, teman dekat, teman kerja, tetangga, atau teman kuliah). Strickhouser dan Zell (2015) menemukan bahwa efek perbandingan sosial lebih besar daripada perbandingan dimensional, perbandingan dimensional mengukur performance diri dengan orang lain misal performance dalam kemampuan matematika, kemampuan skill tertentu. (Wheeler & Miyake, 1992) perbandingan keatas menimbulkan afeksi negatif sedangkan perbandingan kebawah menimbulkan afeksi positif. Lin dan Kulik (2002) menemukan perbandingan tidak berpengaruh secara langsung kepada self-esteem tetapi akan muncul ketika situasi tertentu yang menghubungkannya dengan teori perbandingan, misal ketika membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih kaya  maka tidak ada reaksi langsung, tapi ketika dalam kondisi tertentu ketika kekayaan sangat diperlukan misal dalam menyelamatkan nyawa di rumah sakit yang perlu biaya maka pengaruhnya baru akan terasa secara langsung karena situasi.

  • (Buunk & Mussweiler,2001) teori perbandingan sosial dalam perbandingan kelompok, berkaitan dengan formasi dan dinamika kelompok, adanya asosiasi individu dengan kelompok ketika diperbandingkan dengan kelompok lain akan kembali berpengaruh kepada pribadi individu dalam kelompok tersebut. Kelompok menyediakan kepuasan, orang akan memilih kelompok yang banyak kesesuaian dengan dirinya dan kesamaan tujuan sedangkan individu akan meninggalkan kelompok yang cenderung berbeda dengannya.

  • Tajfel dan Turner (Shmurda, Witting & Gokalp, 2006) mempelajari sikap kelompok akan beresonansi dengan sikap individu, individu akan memelihara identitas kelompok, atau sebaliknya. kelompok dengan struktur yang kuat memaksa individu mengikuti identitas, struktur lemah maka identitas individu yang menentukan identitas/citra kelompok.

  • Tyler dan Blander (2000) menyatakan bahwa performance kelompok dengan value yang positif mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi individu untuk menggabungkan diri sebagai anggota

  • Doosje, Ellemers dan Spears (Tyler & Blader 2001) menyatakan bahwa individu akan bergabung dengan status kelompok yang memiliki opini dan kemampuan yang lebih tinggi namun tidak berbeda darinya, dengan kata lain, kelompok tersebut membawa nilai yang positif terhadapnya.

  • Phinney (dalam Valk & Karu, 2001) memandang identifikasi diri mengenai opini dan kemampuannya (kategorisasi diri) kategorisasi diri ini akan menentukan pilihan kelompok dan perbedaan dengan kelompok lain (stereotip)








DAFTAR PUSTAKA 


Aspinwall, L. G., & Taylor, S. E. (1993). Effects of Social Comparison Direction, Threat, and Self-Esteem on Affect, Self-Evaluation, and Expected Success. Journal of Personality and Social Psychology, 64(5), 708–722. https://doi.org/10.1037/0022-3514.64.5.708 

Buunk, B. P., Collins, R. L., Taylor, S. E., VanYperen, N. W., & Dakof, G. A. (1990). The affective consequences of social comparison: either direction has its ups and downs. Journal of personality and social psychology, 59(6), 1238. 

Buunk, B. P., & Mussweiler, T. (2001). New directions in social comparison research. European Journal of Social Psychology, 31(5), 467–475. https://doi.org/10.1002/ejsp.77 

Dunning D, Hayes AF. 1996. Evidence of egocentric comparison in social judgment. Journal of Personality and Social Psychology 71: 213-229. 

Festinger, L. (1954). A Theory of Social Comparison Processes. Human Relations, 7(2), 117–140. doi:10.1177/001872675400700202 Kaplan, H.B. dan Stiles, B.L. 2004. Adverse social comparison processes and negative self-feelings: a test of alternative models. Social Behavior and Personality, 2004. 

Lin, L. F., & Kulik, J. A. (2002). Social comparison and women's body satisfaction. Basic and Applied Social Psychology, 24(2), 115-123. Schwinghammer, S. A., Stapel, D. A., & Blanton, H. (2006). Different selves have different effects: self-activation and defensive social comparison. Personality and Social Psychology Bulletin, 32(1), 27– 39. doi:10.1177/0146167205277096 

Shaw, M. E. dan Costanzo, P. R. 1982. Theories of social psychology, second edition. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. 

Smurda, J. D., Witting, M.A. & Gokalp, G. 2006. Effect to threat to a valued social identity on implicit self-esteem and discrimination. Journal of Group Process Intergroup Relations, Vol 9 (2), 181-197. Diperoleh dari http://gpi.sagepub.com. 

Stapel, D. A., & Tesser, A. (2001). Self-activation increases social comparison. Journal of Personality and Social Psychology, 81(4), 742–750. doi:10.1037/0022-3514.81.4.742 

Strickhouser, J.E. and Zell, E., 2015. Self-evaluative effects of dimensional and social comparison. Journal of Experimental Social Psychology, 59, pp.60- 66.



0 comments:

Posting Komentar