Kamis, 20 Oktober 2022

Bab 8 Teori Relasi Manusia-Buku Teori Organisasi (Michel M. Harmon dan Richard T. Mayer)

Buku Teori Organisasi (Michel M. Harmon dan Richard T. Mayer)

Bab 8

Teori Relasi Manusia


Arah normatif dari teori organisasi adalah berkaitan dengan efisiensi. Bagaimana sebuah organisasi dapat menundukkan lingkungan dengan instrumental rasional mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Organisasi bergerak sebagaimana yang sudah diarahkan walau didalamnya individu-individu bergerak masing-masing masih terjaga dalam body organisasi yang secara garis besar telah memiliki logis, moral dan sosialnya sendiri. Dikarenakan organisasi memiliki posisi yang lebih unggul dibanding individu dan lebih general dibanding harus mengutamakan banyak individu yang mengisinya maka kondisi dan stabilitas organisasi lebih diutamakan, walau tidak dapat dipungkiri bahwa individu-individu di dalamnya juga memiliki tujuan dan maksud yang berdiri sendiri tetapi akan sulit jika setiap individu difasilitasi. secara general tujuan organisasi lah yang diutamakan dan mau tidak mau setiap individu harus dapat menyesuaikan tujuannya dengan tujuan organisasi maupun dengan cara kerja organisasi yang telah ditentukan.

Ketika Eksperimen Hawthorne diangkat ke publik dimana menunjukkan bagaimana memanipulasi perilaku-perilaku kelompok kecil mampu memajukan tujuan organisasi yang lebih besar. Dalam administrasi publik dan cara penanganan nilai-nilai demokratis individu, ada suatu kesadaran yang tumbuh bahwa hubungan yang kuat efisiensi organisasi dengan cara memperlakukan karyawan. Tindakan rasional yang telah di planningkan di awal untuk mencapai tingkat efisiensi tidak mempertimbangkan perkembangan sosial individu dan perkembangan lingkungan yang terus berubah.

Pandangan rasionalistik, dominan organisasi atas perilaku organisasi mengabaikan hak, nilai dan perkembangan pribadi individu dan akan berdampak kerusakan serius bagi individu yang terlibat maupun masyarakat yang lebih besar. Abraham Maslow Psikologi humanistik menjelaskan kebutuhan manusia secara hierarkis dimana dorongan manusia akan meningkat untuk memenuhi tingkatan kebutuhan yang digambarkan oleh Maslow pada level kebutuhan dan aktualisasi diri sebagai level tertinggi akan memberikan kontribusi efektivitas pada organisasi

Para ahli seperti Maslow, MCgregor, Argyris dan Bennis secara mendalam telah mempengaruhi administrasi publik mengenai peran dan makna demokrasi dalam organisasi publik. Ada lima dalil utama yang tercermin di dalam tulisan para teoritis relasi manusia

  1. Teori relasi manusia menentang asumsi-asumsi yang mendasari tentang hakikat manusia dan maksud hakiki organisasi sosial yang implisit di dalam teori-teori organisasional arus utama. pertentangan motif individu dan pencapaian kolektif organisasional.

  2. Teori relasi manusia yang berpedoman pada kepercayaan adanya ketegangan fundamental antara kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi. tugas utama manajemen bagaimana porsi terbaik bagi keduanya.

  3. Perbedaan alasan/motiv antara individu dan organisasi. teori relasi manusia memperjuangkan ide tentang demokrasi organisasional.

  4. Pertentangan teori relasi manusia dengan teori-teori ortodoks mengenai administrasi publik. teori relasi manusia mengubah secara significant wacana administrasi publik tentang topik ini.

  5. Teori relasi manusia dipandu oleh keyakinan implisit pada kebajikan intrinsik organisasi demokratis, ketimbang pertimbangan instrumental seperti efisiensi, efektivitas, atau produktivitas lebih besar.

Banyak teori deskriptif administrasi tidak relevan dengan banyak masalah-masalah organisasi. Teori-teori tentang konsep manusia, perubahan trend dan individu sehingga perkembangan saat ini memberikan dampak yang baru pada teori-teori baru. Para sarjana memerlukan cara yang tepat antara bagaimana organisasi dapat nyaman bagi manusia namun juga efektif. Herbert Simon dengan Tulisannya yang berjudul “manusia organisasi” rasional atau beraktualisasi diri

Didalam Dunia Dionysian, Agris menyampaikan bahwa akal adalah belenggu yang membatasi aktualisasi diri. manusia yang rasional adalah manusia yang terbatas dan tidak akan mampu mencapai puncak-puncak pengalaman sehingga manusia harus meninggalkan akalnya dan menggapai dorongan hati untuk membebaskan dirinya dari belenggu rasional dan akalnya. 

Dalam dunia Apollonian , akal adalah hamba kebebasan dan kreativitas, akal adalah alat yang memungkinkan untuk merancang pengalaman-pengalaman puncak yang tidak dapat dibayangkan oleh kucing dan anjing. Akal memungkinkan menciptakan lingkungan dan masyarakat yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan mencapai kesenangan-kesenangan fisik, indera dan pikiran yang lebih dalam.  

Argyris menyinggung: Akal bukanlah belenggu kebebasan, tetapi rancangan administrasi organisasi yang tidak mendorong diskusi mengenai emosi dan isu-isu substantif yang sarat emosional itulah belenggunya.


Dalam teori organisasi maupun tindakan organisasional menekankan rasionalitas realitas sosial sebagai kebutuhan pragmatis dan teoritis, seperti yang ditunjukkan Max Weber dengan penggunaan rasionalitas instrumental dalam menangani masalah organisasi. rasionalitas instrumental memperkuat impersonalitas hubungan antara individu-individu di dalamnya maupun organisasi dengan lingkungannya. 

Chester Barnard mengukuhkan organisasi sebagai sistem kerjasama secara alamiah, menurut Barnard dengan kerjasama tersebut mewujudkan maksud dan tujuan rasional dan moralnya melalui jalan organisasi. Tujuan dan maksud organisasi dipandang lebih unggul daripada individu karena bersumber dari kolektif, pada akhirnya tindakan individu maksud dan tujuan individu harus dikoreksi kembali dengan semakin besar dan kompleksnya organisasi. pendapat Bernard mengenai keunggulan moral organisasi yang menempatkan kolektivitas dan keunggulan moral lebih unggul dibanding kepentingan individu padahal kepentingan individu tersebut lah yang menyusun organisasi.

Dalam eksperimen Hawthorne yang kemudian ditafsirkan Elton Mayo dan F.J Roethlisberger menjelaskan bagaimana kebutuhan individu dimanipulasi untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan memelihara keseimbangan sosial. Titik balik gerakan relasi manusia dapat dilihat sebagai peralihan kesetian dari organisasi kepada individu. Sentimen humanistik yang kuat dalam literatur relasi manusia membawa makna baru dan ide demokrasi di dalam organisasi publik memberikan kontroversi.

Maslow membahas psikologi pada level individu, dimana perkembangan kebutuhan berorientasi secara alamiah pada pertumbuhan, kematangan, otonomi dan realisasi potensi bawaan untuk kebebasan. Nilai-nilai sosial dan nilai-nilai individu, uraian maslow menyatakan bahwa motivasi individu lebih kompleks daripada manusia sosial.

Hierarkis kebutuhan Mashlow

Hierarki kebutuhan diurutkan berdasarkan pra potensinya , dimana kebutuhan lebih rendah akan mendapat prioritas lebih utama begitu juga seterusnya. kebutuhan yang sudah terpuaskan tidak menjadi motivasi lagi dan akan mengejar pada motivasi selanjutnya, adapun urutan teori motivasi maslow dari terendah sampai teratas adalah:

  1. Fisiologis, (sandang, pangan dan papan)

  2. Keselamatan (rasa aman)

  3. Cinta (hubungan sosial, kasih sayang, sahabat dan keluarga)

  4. Penghargaan, pengakuan yang diberikan orang lain atas prestasi

  5. Aktualisasi diri, kebutuhan mewujudkan potensi bawaan seseorang, kemampuan kreatif untuk menjadi apa pun yang mampu dicapai seseorang


Prapotensi yang tidak terpenuhi akan menghalangi mencapai kebutuhan yang ada diatasnya, misal motivasi untuk mencapai penghargaan atau berprestasi tidak akan dikejar apabila kebutuhan-kebutuhan di bawahnya tidak terpenuhi. Banyak faktor-faktor yang berbeda yang memotivasi bermacam-macam karyawan, salah satu pendekatan dengan gaya-gaya manajemen dan rangsangan-rangsangan yang efektif akan memanipulasi faktor-faktor yang menentukan pada faktor mana karyawan lebih termotivasi. pada teori relasi manusia dimana aktualisasi sudah menjadi dorongan utama atau pekerjaan dengan fashion itu sendiri. di sisi lain organisasi dimana pegawainya banyak memperoleh kesempatan untuk menerapkan aktualisasi diri akan mendapatkan banyak keuntungan.

Aktualisasi diri dalam organisasi menghendaki karyawan dapat berpartisipasi dalam mengelola organisasi sesuai dengan fashion mereka. Dalam organisasi individu sangat beragam dari yang inferior sampai yang superior dan tentu menjadi tidak demokratis jika berada pada posisi tertentu yang menentukan sehingga tidak dapat mewakili organisasi.


Sisi Manusiawi Perusahaan : Douglas McGregor

Perkembangan alamiah individu menuju aktualisasi diri bertentangan dengan praktek tradisional manajemen dalam organisasi formal. Bagaimana menggabungkan kebutuhan individu dan organisasi dalam cara-cara yang memuaskan keduanya. 


Teori X dan Y McGregor

Dalam manajemen teori ini dirangkum dalam tiga dalili:

  1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengorganisir unsur-unsur perusahan yang produktif (Teori Y adalah unsur yang produktif)

  2. Manajemen mengarahkan usaha-usaha mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, memodifikasi perilaku untuk mencapai tujuan organisasi (bagaimana  mengontrol Teori X)

  3. tanpa campur tangan aktif manajemen maka individu akan pasif dan menentang kebutuhan organisasional, oleh karena itu perlu dibujuk, dihukum, dikendalikan, dan diarahkan

Teori X adalah manajemen konvensional yang berpegang pada asumsi-asumsi:

  1. Orang kebanyakan alamiah malas, bekerja sesedikit mungkin dan hasil yang maksimal

  2. Kurang berambisi, tidak suka bertanggung jawab dan lebih suka dipimpin

  3. mementingkan diri sendiri, acuh tak acuh terhadap kebutuhan organisasi

  4. secara alamiah menolak perubahan

  5. mudah ditipu, tidak cerdas, tidak kritis, mudah terhasut

akan tetapi teori X melemahkan dorongan individu kepada pemenuhan diri (aktualisasi diri) untuk membatalkan kerusakan motivasional pada teori X, McGregor juga memperkenalkan teori Y dengan asumsi-asumsi:

  1. manajemen harus mencari cara orang-orang tersebut memperoleh passionnya dan meningkatkan kemampuannya untuk mencapai produktivitas

  2. Individu secara alamiah tidaklah pasif, ketidak sesuaian dengan tujuan organisasi harus dijelaskan dan dipahami dengan baik manfaatnya bagi individu

  3. motivasi dalam potensi pertumbuhan dan perkembangan, didikan pertumbuhan, kemampuan dalam memikul tanggung jawab dan kesadaran mengarahkan perilaku kepada tujuan-tujuan organisasi

  4. tugas manajemen adalah menata kondisi untuk mencapai tujuan 

dalam teori Y orang termotivasi secara intrinsik dalam melakukan pekerjaanya dibanding dorongan ekstrinsik yang sering diterapkan dalam teori X, yang perlu dilakukan manajemen adalah mengatur dan menyalurkan aktualisasi diri atau motivasi intrinsiknya . sanksi dan reward masih diperlukan tetapi terbatas hanya pada kebutuhan yang lebih dasar dan dalam situasi tertentu saja serta penghargaan juga tetap diperlukan.


Chris Argyris : Penggabungan individu dan organisasi

Argyris memandang ketegangan antara individu dan organisasi disebabkan keperluan organisasi untuk rasionalitas dan spesialisasi daripada praktik-praktik manajemen otoritas. Argyris mengidentifikasikan perkembangan individu dalam hubungannya dengan organisasi formal adalah:

  1. Mengurangi persaan ketergantungan, ketundukan, subordinasi dan kepasifannya pada manajemen.

  2. mengurangi peran tindakan manajemen yang menundukkan dan memperoleh kesempatan untuk menjadi bertanggung jawab atas tugas dan perbuatannya (fungsionalis).

  3. Berani berpendapat dan menyatakan ketidakcocokan dengan program dan mencari jalan yang lebih baik.

  4. menciptakan dunia informal dengan kebudayaan dan nilai-nilai tersendiri sehingga dapat mengambil peran aktif dalam organisasi formal.

karakter organisasi formal yang mengkhususkan pada spesialisasi membatasi kemampuan perkembangan yang kompleks dan mengembangkan potensi-potensi lain di luar kekhususan yang dimilikinya.


Perkembangan Organisasi

Komunikasi yang terdistorsi, agenda tersembunyi, pertahanan psikologis/resistensi, kesibukan dengan tugas-tugas menyebabkan individu sering lupa pada patologi yang melekat dan cara mereka bertindak terhadap satu sama lain, patologi juga diperkuat oleh organisasi rasional. Informasi yang tepat dan benar memberikan pertimbangan pada pilihan-pilihan individu sehingga memberikan level komitmen yang tinggi terhadap organisasi

Robert denhardt menyebutkan manajer bukan pihak yang tidak berkepentingan tetapi mempunyai kepentingan pribadi dalam organisasi. manajer sebagai pihak yang lebih berkuasa tentu memelihara struktur kekuasaan sebagai bagian dari kepentingan pribadi. seorang manajer harus bertindak otoritatif untuk melestarikan organisasi apa adanya atau bertindak demokratis dan mengancam kepentingan pribadinya sendiri


Demokrasi tak terelakkan : warren Bennis

Chris Argyris berharap mendamaikan antara kebutuhan individu dan organisasi. tetapi Bennis meragukan hal semacam itu, pada akhirnya organisasi-organisasi birokrasi akan tergantikan dengan organisasi-organisasi demokratis. Usaha mendamaikan kebutuhan individu dan organisasi dikritik Bennis dengan “solusi utopia” ide  maslow mengenai aktualisasi diri pada dasarnya kabur dan motivasi individu jauh lebih rumit karena faktor-faktor situasional dan emosional pada individu.

Benis dan slater beragumen bahwa demokrasi adalah bentuk organisasi sosial yang paling efisien untuk menjamin kelangsungan hidup di zaman teknologi yang sedang berubah dengan pesat. Demokrasi adalah iklim kepercayaan yang meliputi hal-hal berikut:

  1. Komunikasi yang penuh dan bebas tanpa memandang jenjang kekuasaan

  2. lebih percaya pada konsensus ketimbang paksaan atau kompromi untuk mengelola konflik

  3. ide pengaruh lebih didasarkan pada kompetensi teknis dan pengetahuan ketimbang tingkah laku atau intuisi penguasa

  4. atmosfer lingkungan untuk mengungkapkan ungkapan isi hati dan tindakan yang berorientasi tugas

  5. bias sering terjadi dan menerima ketidak terelakan konflik tetapi bersedia mengatasinya dan menengahi konflik berdasarkan landasan-landasan rasional

ketertinggalan organisasi tradisional karena perkembangan teknologi, pandangan egaliter dan liberal, pandangan ilmiah dan demokrasi. Sikap ilmiah ditandai dengan lahirnya profesionalisme malah akan menggantikan hak istimewa yang sebelumnya dimiliki para otoriter 


Teori Relasi Manusia dan Administrasi Demokratis

Dalam teori relasi manusia partisipasi karyawan dalam demokrasi organisasi. Dikotomi politik dan administrasi memisahkan demokrasi yang masuk dalam ranah politik dengan administrasi itu sendiri. Kekuatan administrasi mesin versi weber menjadi suatu kekuatan sosial yang dapat mengancam politik (demokrasi merupakan bagiannya) munculnya gagasan demokrasi dalam administrasi.

Keahlian-keahlian birokrasi yang terspesialisasi semakin mempengaruhi kebutuhan keputusan-keputusan tentang kebijakan publik. Administrasi demokrasi juga secara khas mengacu pada partisipasi para administrator dalam proses pembuatan keputusan dalam konteks birokrasi pemerintah. Adanya keterlibatan administrator dalam administrasi demokratis dan apakah keterlibatan administrator ini akan menjadi demokrasi yang lebih luas bagi partisipan atau hanya metode keefektifitasannya saja yang menjadi lebih baik. Demokrasi administrasi publik dibela dengan alasan bahwa ia baik bagi kesehatan mental administrator publik atau pegawai pemerintah yang akan menjalaninya tapi bagaimana dengan demokrasi secara keseluruhan


Humanisme organisasi dan administrasi publik baru

Ketika administrasi publik berjuang mendamaikan administrasi demokratis dengan teori politik demokrasi, para teoritis manusia menyumbangkan dimensi baru dan radikal.  Demokrasi menghendaki akuntabilitas dan partisipasi dimasukkan dalam organisasi. Ada dua perkembangan yang mendorong pada gagasan organisasi humanis mengenai administrasi demokratis. Pertama institusi politik mempertanyakan kemampuan institusi administratif dan institusi politik demokratis dalam merancang nilai-nilai demokratis. kritik bahwa politik merupakan kompetisi pluralistik antara kelompok-kelompok dan kaum yang berpengaruh akan memenangkan kompetisi tersebut dan kaum minoritas dan yang tak berpengaruh akan kalah dari kompetisi tersebut, kritik ini akan meluap ke lembaga-lembaga administratif dengan birokrasi publik akan muncul sebagai penjahat utama. Dengan adanya partisipasi maka semua warga memiliki hak politis yang demokratis dan mempunyai kesempatan untuk mengejar tujuan-tujuan untuk mementingkan diri sendiri, partisipasi sebagai suatu proses sosial.


netralitas politik adalah etis dalam administrator publik, terdapa diskusi menarik yaitu:

  1. membahas keprihatinan tentang relevansi administrasi publik pada iklim politik yang bergejolak (keadilan sosial dan dukungan publik akan menjadi pemandu dalam gejolak tersebut)

  2. Post positivisme

  3. adaptasi terhadap pergolakan dalam lingkungan (jangan mengendalikan tapi menyesuaikan)

  4. Organisasi kemitraan / temporer

  5. Organisasi berfokus klien (New Publik Management)


apakah organisasi publik sudan mapan dan dapat beroperasi serta peka dalam masalah-masalah publik atau masih tetap disetir oleh politik di atasnya yang dianggap adalah paling mampu dalam membaca maksud rakyat atau publik. lalu sejauh mana orang-orang di dalam administrasi publik mampu memodifikasi tujuan organisasi, susunan organisasi dan peralatan pendukungnya guna merespon keinginan publik?


Efisiensi dan Efektifitas

ketika ibu teresa di tanya oleh senator Mark Hatfield mengenai dampak usaha kerasnya pada satu kota kecil (Kalkuta) dalam melayani kaum miskin, apakah tidak berkecil hati melalui sedikit kaum miskin di tengah banyaknya kemiskinan yang lebih luas di seluruh dunia, dan ibu teresa menjawab bahwa tuhan tidak memanggilku untuk sukses tetapi memanggilku untuk setia.

Bukan dari besar kecilnya yang dapat dilayani dalam dunia publik tapi konsistensinya ke semua pihak sehingga tolak ukur bukan ke dampak yang luas, tapi juga merata. Hubungan yang tegang antara keberhasilan dan keyakinan sebagai kekuatan kembar yang mendorong gerakan relasi manusia yang menampakkan gejala kekacauan di sekitar makam dan tujuan berbagai praktik organisasi yang dianjurkan. 

Sumbangan utama relasional manusia adalah mengangkat ide partisipasi individu di dalam organisasi sebagai suatu hak moral. partisipasi memberikan jalan untuk dapat menyamakan antara kebutuhan individu dan organisasi. Robert Golembiewski mengembangkan argumen yang berasal dari etika yudeo-kristen yang dikaitkan dan didasarkan pada psikologis untuk partisipasi yang diajukan oleh para relasional manusia yang merupakan cerminan etika sosio-religius dimana nilai etika judeo-kristen adalah:

  1. pekerjaan harus dapat diterima secara psikologis oleh individu

  2. pekerjaan harus memungkinkan manusia untuk mengembangkan kemampuannya (Tantangan)

  3. tugas pekerjaan harus memberikan ruang yang cukup bagi individu untuk menentukan nasib sendiri

  4. Pekerja harus mempunyai kemungkinan untuk mengendalikan

  5. Organisasi tidak boleh  menjadi wasit perilaku satu-satunya dan terakhir, baik organisasi maupun individu harus tunduk pada tertib moral eksternal


individu dalam struktur organisasi yang terdesentralisasi mempunyai ruang gerak moral yang lebih besar. Kebebasan bertindak dalam struktur terdesentralisasi dibayar dengan ketaatan kepada kebijakan-kebijakan korporasi. kebebasan individu masih didefinisikan oleh organisasi dan tidak ada tata tertib moral eksternal yang meminta pertanggungjawaban individu maupun organisasi.


Perwakilan dan pengendalian kebijaksanaan

Para relasionis manusia memberikan efek terhadap administrasi publik terutama terkait peran dalam suatu masyarakat yang demokratis. Dua tema menonjol selain peran adalah ketegangan antara kebutuhan individual dan perintah untuk percaya pada proses.  dalam teori relasionis manusia menyimpan keraguan bahwa organisasi formal mampu mewakili kepentingan anggota terutama kebutuhan psikologis anggota dan tentu sulit untuk memfasilitasi seluruh kebutuhan anggota dalam organisasi publik

Kegagalan birokrasi bukan karena ketidak efisiennya dalam melayani tetapi tugas tetapi karena cara dan tujuan sudah ditetapkan di awal dan tidak mampu melihat situasional yang berkembang secara cepat. birokrasi menghalangi warga negaranya untuk menentukan nasib mereka secara kooperatif. seefisien apapun birokrasi dalam melayani warga negaranya bila mereka ditafsirkan sebagai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, ia gagal bila kepentingan tersebut didefinisikan dalam istilah proses. 




“pembahasan ini bukanlah hal yang baru mungkin dahulu waktu masih sekolah orang tua kita meminta kita untuk belajar yang rajin dan menjadi dokter supaya hidup kita makmur, di sisi lain perkembangan terus berubah kadang apa yang dikejar tidak sesuai dengan passion kita sehingga tidak ada rasa aktualisasi diri dalam mengejar tugas atau pekerjaan yang ditekankan lingkugan sebagai pekerjaan yang makmur tetapi tidak sesuai passion kita. tapi disisi lain kita butuh hidup makmur dapat dilihat bagaimana pertentangan antara rasional dan aktualisasi diri , antara tuntutan dan passion yang kadang tidak berjalan beriringan terutama pada lingkungan dan kondisi-kondisi tertentu”.


0 comments:

Posting Komentar