Senin, 03 Oktober 2022

Bab 9 Teori Pasar: Berorganisasi Sebagai Kepentingan Diri yang Diungkapkan

Bab 9

Teori Pasar: Berorganisasi Sebagai Kepentingan Diri yang Diungkapkan

(Michael M. Harmon) dan (Richard T. Mayer)

Teori Pasar Berorganisasi mengarah kepada utilitarianisme yaitu suatu paham yang etis-etika yang menempatkan tindakan-tindakan yang dapat dikatakan baik adalah yang berguna, memberikan faedah (manfaat), dan menguntungkan, sedangkan tindakan-tindakan yang tidak baik adalah yang memberikan penderitaan dan kerugian. Teori ini dikembangkan oleh David Hume, Thomas Hobbes, Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.Peran akan dibatasi sebagai pengarah tindakan-tindakan manusia yang secara mendasar diperintah oleh nafsu-nafsu. PAra utilitarian berpandangan bahwa pengalaman bukanlah refleksi abstrak akan tetapi komitmen terhadap empirisme dan kepercayaan kepada pendekatan ilmiah.

Ada lima wawasan dasar yang diperoleh dari asumsi kepentingan diri dan bersama atas pandangan teori pasar yaitu:

  1. Pilihan individual pada dasarnya adalah basis bagi tindakan organisasional atau kolektif. tindakan tersebut merupakan gabungan dari tindakan individu

  2. PIlihan-pilihan individu adalah ungkapan preferensi individu yang berbeda dan saling bertentangan satu sama lain. oleh karena itu konflik yang ada pada kehidupan sosial diselesaikan dalam organisasi yang berperan sebagai alat.

  3. Dibutuhkan yang bertindak seperti hakim yang memutuskan preferensi yang bertentangan

  4. Perbedaan dalam preferensi individual dan group , keterbatasan waktu dan sumber daya cenderung menghasilkan strategi satisfacting ketimbang atraksi memaksimalkan yang dilakukan oleh pembuat keputusan

  5. strategi yang memuaskan menghasilkan keputusan yang berbeda dari segi peningkatan jumlah ketimbang dari segi fundamen dari keputusan situasi terdahulu.

Dalam dua buku yang membahas teori pilihan publik yakni The calculus of Consent (James M. Buchanan) dan The Intellectual Crisis in American Public Administration (Gordon Tullock). Teori pilihan publik didefinisikan sebagai studi ekonomi atas pembuatan keputusan non-pasar atau penerapan ekonomi ke dalam ilmu politik. teori ini memberikan pembaharuan pada pemerintah dan memberikan perhatian yang besar kepada isu-isu administratif yang efektif dan efisien.

Tindakan politik juga diambil dari tindakan Individu atomistik yang termotivasi dan mempunyai tujuan sendiri. karena itulah metode individualisme meresapi literatur pilihan publik tetapi asumsi individualisme bukan hanya sekedar teori tetapi filosofis kepada nilai-nilai politik tertentu. Dalam tradisi utilitarianisme dan liberal Amerika mencakup pilihan individu yang bebas, memaksimalkan manfaat individu, kerjasama ketimbang paksaan dalam hal membutuhkan tindakan-tindakan kolektif.

Meskipun pilihan publik menunjukkan dengan jelas ada lembaga-lembaga pemerintah yang tertib dan efisien, pembelaaan nilai-nilai kolektif tidak didasarkan pada perhatian keberlangsungan sistem seperti pada teori sistem arus utama tetapi ketertiban hanya sebagai prasyarat untuk memungkinkan pilihan individu yang bebas dalam konteks yang agak stabil dan efisiensi adalah ukuran persamaan yang mengukur manfaat bersih individual. singkatnya kriteria nilai untuk mempertimbangkan kebaikan lembaga ditentukan oleh sejauh mana ia mendorong kebebasan dan kemanfaatan diantara kumpulan individu. Antara kemerdekaan individu dan stabilitas ketertiban sosial disepakati dalam konstitusi.

Dalam pandangan barat Individu merupakan entitas filosofi utama sehingga pandangan yang menganggap individu hanya semata-mata hanya dilihat dari sumbangannya kepada pemenuhan kebutuhan sistem. Individu dapat saja berpura-pura menjadi komunitarian tetapi maksud didalamnya hanya pada kepentingan individu. dama diri individu selalu berbeda-beda karena pengetahuan yang tidak sama. 


Biaya Tindakan Kolektif

Biaya Kolektif walau lebih mahal tapi pemanfaatan tidak dapat tercapai jika menggunakan biaya pribadi, walau secara keputusan biaya pribadi dapat lebih tepat sasaran tetapi ada batas biaya pribadi tidak akan seimbang dengan biaya kolektif dan pemanfaatan yang dirasakan juga. aturan terbaik untuk membuat keputusan kolektif adalah kebulatan suara. Teknik yang dapat dipakai dalam mencapai kebulatan ini adalah melalui mekanisme perdagangan, yaitu penawaran dan penjualan dimana mencari titik tengah kesepakatan bersama yang kembali pada masing-masing individu.

salah satu contoh dari penerapan teknik perdagangan ini adalah sebagai berikut:

“seorang pejabat perumahan ditugaskan untuk memberikan enam rumah kepada 10 masyarakat yang kurang mampu, karena ketersediaan rumah saat ini baru 6 rumah sedangkan masyarakat tak mampu yang sudah memenuhi syarat ada 10 sehingga terjadi dilema siapa saja yang berhak menerima dari 10 orang tersebut. akhirnya pejabat tersebut membagikan 60 voucher kepada 10 keluarga yang berhak, masing-masing keluarga memiliki 6 voucher dan untuk mendapatkan 1 rumah butuh 10 voucher, masing-masing keluarga dapat menjual atau membeli voucher dengan keahlian atau uang yang mereka miliki dari keluarga lain, mereka yang menjual voucher dapat bertahan dengan mencari sewa hasil penjualan vouchernya tersebut. tawar menawar ini memberikan solusi bersama dalam keputusan kebijakan publik”.

“Teknik yang digunakan nabi Muhammad S.A.W dalam memindahkan batu hajar aswad berbeda lagi, ketika para kepala suku merasa berhak memindahkan batu suci tersebut terjadi perdebatan karena nilai mengangkat batu tersebut sulit untuk dijadikan pikiran material yang dapat diperdagangkan. pada akhirnya nabi membentangkan kain dan memindahkan batu tersebut diatas kain dan mengajak para kepala suku untuk memegang kain yang diatasnya terdapat batu suci tersebut untuk dipindahkan”.


semakin besar keberagaman melalui desentralisasi pelayanan-pelayanan kotapraja di dalam suatu wilayah geografis, semakin besar kesempatan warga negara untuk memilih dengan kakinya.


Pilihan Publik dan Administrasi Publik: Vincent Ostrom

Susunan organisasi dapat dianggap tak lebih dan tak kurang daripada susunan pembuatan keputusan. Susunan keputusan menetapkan syarat dan kondisi untuk membuat pilihan.Osborne mengkritik tokoh-tokoh utama paradigma klasik seperti ide-ide Woodrow Wilson, Max Weber, Luther Gulick, dan Herbert Simon. 

Woodrow Wilson menjelaskan bahwa dalam semua pemerintahan, baik demokratis maupun otokratis, pasti selalu ada pusat dan sumber kekuasaan tunggal, pada saat yang sama sumber kekuasaan itu terpecah-pecah dan semakin tak bertanggung jawab. misal menurut wilson sumber kekuasaan politik di Amerika terletak pada Kongres. tetapi tidak peduli dimana kekuasaan berada, prinsip-prinsip administrasi sudah dipandang baik secara universal dan akan tetap digunakan oleh siapapun agar menjadi titik terang pelaksanaan dan pertanggungjawaban . tetapi otoritas administrasi berasal dan bertanggung jawab  di bawah politik, nilai-nilai administrasi tersebut yang luas dapat diarahkan oleh otoritas politik sesuai kepentingannya.

Ostrom mengkritik memaksimalkan efisiensi dengan penataan hierarkis karena asumsi hierarkis merupakan struktur utama organisasi. Ostrom mempertanyakan kepercayaan bahwa hierarkis merupakan cara yang paling efisien dan keputusan demokratis dan efisiensi organisasi publik tidak selalu nilai-nilai yang bertentangan.

Dalil-dalil “Ilmu administrasi” Wilson antara lain:

  1. Akan selalu ada pusat kekuasaan tunggal yang dominan dalam suatu masyarakat

  2. semakin terpecah-pecah kekuasaan maka semakin tak bertanggung jawab

  3. struktur konstitusi mendefinisikan dan menentukan komposisi pusat kekuasaan dan membangun struktur politik berkaitan dengan pengundangan hukum dan pengendalian administrasi

  4. bidang politik menetapkan tugas administrasi, tetapi bidang administrasi terletak di luar lingkungan politik

  5. Semua pemerintah modern mempunyai kemiripan struktur yang kuat dalam fungsi administratif

  6. Kesempurnaan susunan hierarkis dari layanan publik yang dilatih secara profesional 

  7. Kesempurnaan dalam organisasi hierarkis akan memaksimalkan efisiensi yang diukur dengan biaya paling sedikit 

  8. Kesempurnaan administrasi yang baik yang didefinisikan di atas adalah kondisi yang diperlukan untuk modernitas dalam peradaban manusia dan untuk kemajuan kesejahteraan manusia.


Max Weber dan Hierarki

Weber mengenalkan birokrasi yang erat kaitannya dengan hierarkis. birokrasi sepakat dengan tujuan yang didefinisikan secara otoritatif (khususnya secara politis) dan berusaha mencapainya secara rasional, efisien dan impersonal. Weber menyadari karena karakter seperti mesin maka birokrasi akan lebih unggul secara teknis dibanding bentuk organisasi lain. tetapi karena kesempurnaan nya tanpa di tawar birokrasi menciptakan suatu imperatif sosial dan politik yang menangkap anggotanya sendiri dan membuat para politik tidak berdaya. Pada titik ini Ostrom mengatakan:

“Birokrat individual tidak dapat meronta dari perlengkapan yang telah dipasangkan padanya, Birokrat profesional terikat pada kegiatannya oleh seluruh eksistensi material dan idealnya. hanyalah gigi tunggal dalam mesin yang terus bergerak yang menentukan rute perjalanan baginya yang pada dasarnya sudah tetap.”.

Dalam menghadapi monopoli birokrasi pada keahlian teknis dan pengetahuan, otoritas politik menjadi amatir tanpa daya yang dikendalikan ketimbang mengendalikan. konsekuensi birokrasi menggantikan politik sebagai paradigma pemerintah dan efisiensi menjadi tujuan.


Luther Gulick dan Prinsip-prinsip Organisasional

Gullick mendukung ide bahwa “konsep-konsep seperti kesatuan komando, rentang pengendalian, rantai komando, departementalisasi menurut fungsi utama, dan pengarahan kepala otoritas tunggal dalam unit administrasi yang subordinat dianggap dapat diterapkan secara universal dalam penyempurnaan susunan administratif”. Akan tetapi Ostrom menunjukkan bahwa setiap individu memiliki ketidakcocokan. Seperti dalam catatanya ostrom menerangkan: “Prinsip homogenitas menyiratkan bahwa alat-alat harus bersifat membantu bagi penyelesain suatu tunggal khusus. Menghubungkan dua atau lebih fungsi-fungsi non-homogen akan mengorbankan efisiensi teknis administrasi karena mencampurkan faktor-faktor produksi yang berakibat mengaburkan atau merusak produk sosial bersih”. Perbedaan antar individu dan penyatuan dalam homogenitas malah akan mematikan kreativitas individu dan efisiensi serta kelebihannya dalam menekan efektivitas tujuan.


Herbert Simon dan Struktur Internal

Simon berargumen bahwa organisasi sebagian besar dicirikan sebagai suatu keseimbangan yang dipelihara dalam wilayah penerimaan yang ditetapkan oleh unsur-unsur pokok yang berbeda dari suatu organisasi. Akan tetapi akhirnya Simon kembali menjauh dari implikasi radikal analisisnya dengan menerima hierarki sebagai suatu prinsip mengorganisasikan dan membatasi perhatian kepada struktur internal organisasi.

Administrasi demokrasi yang diusung Ostrom merupakan campuran ekonomi barat dan penafsiran berbagai pemikir. ada empat unsur utama dasar teori tersebut yaitu:

  1. Kefatalan para politikus dengan tindakan negatif seperti korupsi, otoritas harus di bagi-bagi untuk membatasi dan mengendalikan kekuasan politik

  2. aturan administratif, aturan ini juga dirancang oleh politikus

  3. susunan multi organisasional merangsang persaingan yang sehat di kalangan lembaga-lembaga pemerintah

  4. tujuan administrasi demokrasi adalah memaksimalkan efisiensi yang diukur dengan pengeluaran yang lebih sedikit dalam hal waktu, usaha, dan sumber daya


Tetapi perlu diingat efisiensi produsen tanpa adanya kegunaan konsumen tidaklah mempunyai makna ekonomis, jadi melihat produk publik harus berjangka panjang dan memiliki visi dan gagasan yang jelas, seefektif apapun produsen apabila hasil produk tidak berguna bagi masyarakat maka tidak bermakna. Ostrom menjelaskan mengenai metodologi individualistis pada lima asumsi yaitu:

  1. Dimotivasi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan diri sendiri

  2. rasional atas pilihan -pilihan yang dimiliki yang merupakan pilihan terbaik

  3. mempunyai jumlah informasi bervariasi mengenai konsekuensi dari pilihan yang dituju

  4. menyukai konteks yang teratur tempat dilakukannya pengejaran

  5. memilih strategi yang akan memaksimalkan keuntungan


untuk mengantisipasi tujuan individu tersebut maka organisasi dapat melakukan:

  1. mengantisipasi konsekuensi yang menyusul;

  2. para individu mementingkan diri memilih strategi yang memaksimalkan kepentingan mereka;

  3. susunan organisasional khusus;

  4. struktur khusus peristiwa.

Organisasi baik pada situasi tertentu dan buruk pada situasi tertentu, organisasi fleksibel mampu untuk melakukan langkah-langkah penyesuaian dalam mengatasi permasalahan tersebut. Organisasi membatasi pilihan individu dan menimbulkan respon dari individu. Organisasi yang sangat besar berdampak pada atau berciri:

  1. Menjadi semakin tidak pandang bulu dalam menanggapi tuntutan-tuntutan yang beraneka ragam. generalisir karena jumlah yang banyak sehingga tidak mungkin diselesaikan pada setiap masalah.

  2. memaksimalkan biaya sosial yang tinggi pada generasi selanjutnya atau yang melanjutkan.

  3. Gagal menyesuaikan persedian dan permintaan.

  4. terkikisnya kebaikan umum karena gagal melakukan pencegahan yang merusak penggunaan lainnya.

  5. menjadi semakin cenderung untuk salah dan tak terkendali hingga pada titik dimana tindakan-tindakan publik menyimpang secara radikal dari retorika tentang tujuan dan sasaran publik.

  6. tindakan penyembuhan atau penyelesaian malah memperburuk daripada memperbaiki masalah-masalah.


Etika Administrasi

Memecah suatu kekuasaan tunggal menjadi struktur otoritas yang terpecah -pecah banyak kepada dan padangan bahkan sampai pada warga negara secara langsung. hal ini juga menjadi mereka yang take risk or not. kebulatan sulit tercapai dalam kondisi seperti ini. Teori pilihan publik didasari oleh asumsi bahwa individu dimotivasi oleh kepentingan pribadi dan akan memiliki ke arah tindakan yang memaksimalkan keperluan mereka. terdapat tiga klaim pokok yaitu:

  1. Asumsi dasar teori pilihan publik memberi penopang-penopang yang diperlukan untuk studi ilmiah atas pembuatan keputusan politis dan administratif, memberikan penjelasan yang ketat antara masa lampau, masa kini dan masa depan.

  2. Konsep motivasi manusia yang diturunkan dari nilai-nilai yang lebih disukai

  3. Teori nilai menyarankan resep-resep untuk memperbaiki kinerja pemerintah


Letak lokus kalkulus rasional individu berbeda, sehingga sulit untuk mengenaralisir hal tersebut, sehingga memediasi kepentingan-kepentingan berbeda secara significant, bagi pilihan publik mekanismenya dalam pasar sementara bagi birokrasi adalah paksaan. Kesulitan terkait hakikat manusia antara teori pilihan publik dan teori nilai organisasional yaitu:

  1. alasan untuk meragukan mengenai pembuatan keputusan politik yang semata-mata dari segi pemuasan kepentingan individu

  2. cara manusia mendefinisikan dan berpikir dari segi kepentinganya sangat dipengaruhi secara mendalam oleh proses interaksi sosial


Golembiewski mencatat konsekuensi pilihan publik yang mungkin jangga dari sudut pandang teori demokratis, desentralisasi yang dikemukakan Ostrom bisa jadi tidak lebih baik atau lebih demokratik terutama apabila desentralisasi dipegang oleh mereka yang ingin merebut kekuasaan dan mementingkan kepentingan mereka.


Inkrementalisme Terpisah: David Braybrooke dan Charles E. Lindblom

Ekonomi pasar memiliki daya tarik sebagai pembuatan keputusan kolektif. salah satu argumennya adalah bahwa proses-proses mirip pasar memerlukan relatif sedikit hal koordinasi yang sadar, pelaksanaan otoritas atau pemrosesan informasi di pihak para pembuat keputusan. mekanisme pasar memberikan pilihan bagi kepentingan individu yang tidak seragam. 

Herbert simon menjelaskan batas-batas psikologis dan kognitif rasionalitas pada organisasi birokrasi sebagai unsur utama kritik terhadap pembuatan keputusan yang tersentralisasi. manager menjalankan aturan main dan memberi kesempatan individu untuk dapat masuk dalam mekanisme tersebut untuk memperoleh keputusan publik.

Inkrementalisme mengacu pada tipe analisis kebijakan dan pembuatan keputusan yang memperhitungkan perbedaan marginal (incremental) antara kebijakan atau status urusan sosial yang diusulkan dan yang sudah ada. kebijakan yang berjalan dan pertimbangan terbitnya kebijakan baru. suatu kebijakan yang sudah berjalan memerlukan sentuhan variabel baru untuk dapat mendongkrak daya ledak kekuatan kebijakan atau untuk merubah arah karena terjadi perubahan terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan kebijakan. 

Braybrooke dan Lindblom memberikan model inkremental sebagai suatu alternatif yang lebih disukai bagi rasionalitas komprehensif atau “ideal Sinoptik”. dalam model ini tujuan yang bersifat umum perlu di tetapkan dan kemudian mengmebangkan sederet alternatif untuk mencaoainya. alternatif-alternatif ini disusun sedemikian rupa dan cermat untuk memungkinkan perbandingan yang cermat mengenai kerugian, keuntungan, dan batasan waktu. sebelum membuat keputusan-keputusan yang beralasan yang dipilih.

Model analisis sinoptik dikelilingi oleh banyak masalah praktis, beberapa diantaranya diantisipasi oleh Herbert Simon, adanya batas-batas kemampuan kognitif manusia dalam memecahkan masalah, informasi yang terbatas, mahalnya analisis komprehensif mengingat waktu dan sumber daya yang terbatas, gangguan tak terelakkan dari faktor-faktor politik. 

Braybrooke an Lindblom mengantisipasi keberatan normatif, inkrementalisme mempunyai efek menggabungkan suatu susunan nilai yang sangat beragam ke dalam proses analisis kebijakan. Penekanan inkrementalis pada gerakan sedikit demi sedikit menjauhi keburukan sosial menghasilkan pengembangan kebijakan yang didasarkan pada pengalaman dan sadar akan kemampuan terbatas pikiran manusia untuk memproses informasi yang kompleks. Inkrementalisme menetapkan suatu preferensi untuk nilai-nilai yang disebut melioratif (yang bersifat memperbaiki), berlawanan dengan nilai-nilai peremptoris (yang harus ditaati).

Pada pendekatan melioratif, pertimbangan-pertimbangan tentang menerima atau menolak suatu kebijakan harus dilakukan melalui perbandingan kebijakan itu dengan alternatif-alternatif untuknya. dalam pendekatan peremptoris, dicari karakteristik-karakteristik tertentu untuk dijadikan sebagai basis untuk menyetujui atau menolak kebijakan itu, tanpa memberi perhatian kepada alternatif-alternatif. Putusan melioratif akan terikat pada kondisi sedangkan peremtoris tidak.


Seorang Ekonom sebagai Kritikus Pasar: Albert O Hirschman

Hirschman mengungkap kekurangan mekanisme pasar dalam organisasi sosial. Dalam Exit, Voice and Loyalty, Hirschman menjelaskan bagaimana organisasi, firma, dan pemerintah menanggapi maupun gagal menanggapi. dalam analogi Exit maksudnya adalah ketidakpuasan seseorang atas produk yang dikeluarkan perusahaan lalu membeli produk lain dari perusahaan lain atau keputusan anggota yang tidak puas dan memutuskan keluar / Exit. Voice dianalogikan sebagai usaha untuk mengubah, menyampaikan ketimbang lari atau keluar/Exit dari peristiwa yang tidak disetujui. dal Loyalty menggambarkan keputusan untuk melekat dengan perusahaan atau organisasi atau setia walaupun pertimbangan jangka pendek kepentingan diri malah tampak untuk mendiktekan keluar. Hirschman berpendapat bahwa variasi campuran dari ketiga fungsi ini diperlukan untuk menjelaskan mengapa beberapa organisasi pulih dari kemerosotan periodik dalam kinerjanya, sementara organisasi lain tidak.

Aksi keluar bisa saja ditanggapi para manajer dengan kesukaan apabila yang keluar adalah pelanggan yang sering menyusahkan. atau para pelanggan yang keluar dan membuktikan bahwa produk lain tidak sebaik produk awal sehingga menambah keyakinan pelanggan untuk kembali dan bertahan pada perusahan atau organisasi. aksi suara/voice merupakan sinyal manajemen terkait kepuasan pelanggan, apabila ditanggapi dengan serius oleh manajemen maka aksi voice tidak berujung ke Exit/keluar tetapi jika tidak mendapati serius atau terkesan tidak serius maka akan menuju Exit/keluar. aksi keluar sebenarnya lebih sering dipilih karena tidak memberikan negosiasi lagi dan banyaknya sumber pilihan lain yang tersedia di luar, sedangkan aksi suara karena pilihan yang lebih baik belum tentu ada dan sebaiknya memperbaiki yang sudah ada.

Aspek paradoksal aksi keluar dan angkat suara mempunyai penting dengan perhatian administrasi publik normatif kepada ketanggapan, keterwakilan, dan kualitas proses organisasional. Angkat suara adalah esensi politik demokrasi. aspek paradoksal angkat suara dalam hubunganya dengan aksi keluar adalah angkat suara dianggap serius oleh para pimpinan organisasi ketika ada ancaman aksi keluar, padahal justru alternatif aksi sosial cenderung menghentikan pertumbuhan seni angkat suara. seara ironis menurut Hirschman bahwa orang yang paling mudah dan paling mungkin untuk keluar adalah orang yang mampu menggunakan angkat suara paling efektif.

ketika kondisi sekolah-sekolah publik memburuk, maka orang tua yang sadar kualitas akan mengeluarkan anaknya dari sekolah publik dan mengirim anak ke sekolah swasta. Aksi “keluar” ini mungkin menyebabkan dorongan perbaikan tapi tidak ada suara (kritik) karena banyak alternatif lain diluar sana yang kualitasnya bagus. orang baru akan bersuara apabila alternatif-alternatif tidak ada dan hanya berfokus pada yang ada. 

Mekanisme lain untuk mengangkat tradisi angkat suara adalah pertama hukuman bagi para pelanggan yang keluar dari organisasi cukup tinggi sehingga menciutkan keberanian mereka untuk keluar secara tiba-tiba dan kedua ancaman keluar masih tinggi sehingga manajemen memperhatikan dan menyediakan jalur untuk angkat suara.

Dari analisis tersebut aksi keluar dan angkat suara mampu menjelaskan mengapa pasar tidak memuaskan berkenaan dengan administrasi publik. pertama dengan menekankan aksi keluar, pasar kemungkinan besar bertanggung jawab terhadap ketidakpuasan warga yang hanya di bawah kondisi istimewa khususnya ketika kesempatan untuk angkat suara juga ada, kedua, situasi tidak adil kemungkinan besar diperburuk oleh mekanisme pasar, karena orang kaya lebih memiliki banyak pilihan apabila keluar sedangkan orang miskin tidak ada pilihan lain, ketiga kualitas proses organisasional yang dialami khususnya oleh mereka yang miskin, kurang berpendidikan, dan warga yang kurang leluasa bergerak kemungkinan rendah apalagi jika organisasi tidak mampu mendengarkan suara dengan baik.


0 comments:

Posting Komentar