Minggu, 05 November 2023

Teori Percampuran Motivasi

 Theory Crowding Motivation

Penelitian Titmuss (1970) menunjukkan bagaimana kegiatan donor darah yang awalnya sukarela tetapi begitu mendapatkan bayaran atas donor darah malah membuat sukarelawan sebelumnya menjadi enggan untuk melakukan donor darah dan mengurangi jumlah pendonor sebelumnya. Tetapi di satu sisi dengan adanya bayaran atas donor darah pendonor baru yang mengejar motif ekstrinsik akan tertarik. Kondisi ini menjelaskan bahwa sikap sukarelawan sebelum ada motif ekstrinsik berasal dari internal pegawai dan motif ekstrinsik mengganggu motif internal pegawai sehingga tidak bersedia mendonorkan darahnya. Dalam literatur psikologis menjelaskan bahwa dalam kondisi tertentu, pemberian hadiah dapat merusak motivasi dan secara tidak langsung akan berdampak negatif atau lebih dikenal dengan biaya tersembunyi dari hadiah (Lepper dan Greene, 1978) atau effek korupsi (Deci, 1975)

Hal ini sangat berkebalikan dengan hukum ekonomi, seharusnya semakin tinggi insentif akan meningkatkan dorongan. Tetapi dalam kasus sukarelawan donor darah tersebut ada mekanisme yang berkebalikan dengan hukum ekonomi. Dorongan yang datang dari internal dapat terganggu dengan adanya insentif ekstrinsik yang menyebabkan menurunnya dorongan internal tersebut. Penggunaan motif ekstrinsik sering kali di gunakan karena kemudahan standar pengukurannya misal mengukur hasil kerja secara kuantitas dan di tukar dengan sejumlah uang. Sementara motif intrinsik sulit untuk diukur karena standar setiap orang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh sosial, pendidikan, pengalaman dan budaya tiap-tiap orang.

 

Konsep ini menjadi sebuah anomali dalam cara pandang ekonomi, karena peningkatan insentif gagal dalam meningkatkan kestabilan pertumbuhan. Efek crowding out ini masih menjadi pertanyaan batasan terjadinya hal tersebut dan sebesar apa dapat merusak motif intrinsik. Prendergast (1999, p. 18) penerapan insentif yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja malah menurunkan motivasi pegawai yang sebelumnya bekerja berdasarkan sukarela. dorongan eksternal baik moneter, aturan, promosi, mutasi semua berasal dari luar individu. sementara intrinsik motivasi berasal dari internal individu, konsep ini lebih dikenal dalam ilmu psikologi (DeCharmes, 1968; Deci, 1975). Kegagalan memahami motif internal dan eksternal berdampak kesalahan penerapan manajemen dalam mengatur intensif dalam mendorong pegawai.

Selama ini pandangan ekonomi hanya mengukur hasil kinerja yang kemudian dikompensasikan sebagai output dan memberikan timbal balik yang sesuai output. Karena mengukur motif intrinsik dan menyesuaikan dengan tujuan yang kompleks cukup sulit, model pekerjaan, aturan birokrasi perbedaan antara motif intrinsik akan lebih mempertajam kesulitan pengukuran tersebut, sehingga sebagian besar lebih mengenal dorongan eksternal seperti moneter, promosi dan jaminan kerja.

Terdapat tiga tipe ketidaksesuaian pada mekanisme efek motivasi ekstrinsik yang mengganggu motivasi intrinsik yaitu pertama, apabila intervensi eksternal tidak mengganggu motif internal tetapi tidak juga mendukung.  Kedua, apabila intervensi eksternal bertentangan dengan motif interinsik dan ketiga, ketika intervensi eksternal sejalan dan mendukung motif initrinsik.

 

Motivasi eksternal dan internal dapat bergerak dari satu kutub ke kutub yang lain, misal dari ekstrinsik ke intrinsik begitu juga sebaliknya. kutub yang menjadi kontrol akan memegang peranan penting dalam pemberian insentif. Misal mereka yang tidak tertarik pada suatu pekerjaan ketika diberikan insentif eksternal maka kontrol tersebut berada di insentif eksternal sedangkan mereka yang sudah tertarik secara internal maka kontrol tindakan tersebut berada penuh dalam diri individu. tidak perlu di beri insentif moneter karena dapat mengakibatkan motif internal nya bergeser ke eksternal. pergerakan tersebut dikarenakan (1) adanya perubahan pilihan karena sebagian dari motif intrinsik di tukar dengan motif ekstrinsik karena pilihan prioritas yang harus diselesaikan untuk mendapatkan motif intrinsik yang lebih diinginkan lagi. misal seseorang yang bekerja bukan pada keinginannya tetapi dengan bekerja dia dapat mendapatkan uang untuk mengejar keinginannya yang lebih penting lagi. (2) Persepsi suatu perbuatan yang diyakini dan dampak yang dirasakan akan berpengaruh terhadap motif, misal pekerjaan yang bertentangan dengan keyakinannya, misal bekerja di bea cukai atau bank apakah sesuai dengan keyakinan agama, kedua bekerja untuk negara atau persepsi bekerja untuk pemimpin yang salah, dan bekerja yang ternyata memberikan dampak buruk yang bertentangan dengan hati atau keyakinan. Kesemuanya akan mempengaruhi motivasi walaupun insentif diberikan tetapi perasaan tersebut dapat menggagalkan insentif mengenai pekerjanya sehingga tidak berpengaruh (Teori disonansi kongitif) Festinger, 1957. Contoh lain adalah produksi rokok atau cukai rokok, meyakini rokok dapat mengakibatkan kematian dan menarik cukai dari sesuatu yang harusnya dilarang apakah berdampak baik dalam persepsi pegawai? (Teori disonansi kognitif) dan apakah bahagia jika kita melihat banyak yang mati karena rokok dan sebagian kecil pegawai cukai terlibat dalam tanggungjawabinya

 

Biaya tersembunyi dari hadiah maupun sanksi

Intervensi eksternal dalam mencapai tujuan organisasi dan kepentingan organisasi maka dapat berefek pada motivasi internal pegawai. Ada tiga situasi akibat dari intervensi eksternal terhadap kinerja dilihat dari kaca mata principal-agent. Dalam intervensi eksternal yang kuat mengakibatkan biaya yang besar maka harus mengejar target kinerja yang jauh melebihi peningkatan biaya tersebut. Sementara itu intervensi eksternal pada kedudukan untuk mendukung motivasi internal hanya akan menggunakan biaya sedikit dan mendapatkan kinerja yang besar sehingga margin yang tercipta jauh lebih besar (Crowding in).

 

Efek dari eksternal intervensi ke internal motivasi dari kacamata psikologis antara lain (1) mengganggu penentuan sendiri, kondisi intervensi eksternal mengganggu keputusan, sehingga menyebabkan pertimbangan karena desakan eksternal hal ini membuat penentuan sendiri menjadi tidak bebas atau netral karena berbagai intervensi seperti budaya, keluarga, agama, sosial dan sebagainya. Pergeseran kontrol keputusan yang lebih besar pada eksternal membuat individu gagal dalam membuat keputusannya sendiri (Rotter, 1996). (2) mengganggu harga diri, intervensi eksternal membawa gagasan dari aktor lain atau organisasi yang ingin mewujudkan tujuannya dan bukan tujuan pribadi maka motivasi intrinsik tentu akan menolaknya. motivasi intrinsik dirampas oleh mereka yang menggunakan intervensi eksternal untuk mengikuti semua aturan baik reward dan punishment yang telah ditetapkan. Mengganggu harga diri menyebabkan individu mengurangi usaha. Kegagalan lain dalam menghargai pegawai yang telah berjuang keras tetapi organisasi tanpa sadar karena dikendalikan oleh apa yang di sebut oleh "kebutuhan organisasi" memberikan paksaan dan kekuatan intervensi yang dapat menghancurkan semangat intrinsik pegawai.

Kondisi psikologis yang menyebabkan crwoding out terjadi apabila (1) intervensi eksternal pada motivasi intrinsik mengakibatkan pergeseran kontrol keputusan berada di luar individu. Hal ini berdampak pada reaksi individu yang hanya akan bekerja sesuai dengan kontrol eksternal saja tanpa mengeluarkan usaha lebih di luar kontrol eksternal tersebut. (2) Intervensi eksternal dapat menjadi crowding in apabila persepsi individu menganggap bahwa intervensi tersebut adalah bukti dukungan atas upaya yang mereka lakukan dan kebebasan menentukan sesuai pilihan mereka.

Efek dari crowding out ini sangat relevan tentang bagaimana menempatkan pegawai, bagaimana bentuk motivasi yang harus diberikan untuk mendorong pegawai, pembayaran gaji berbasis kinerja, kebijakan subsidi, penggunaan cukai sebagai instrumen pajak, pajak polusi dan etika lingkungan. Standar ekonomi selalu menggantungkan pada penerapan efek harga atau insentif ekonomi untuk mengukur pembayaran berdasarkan hasil dan kinerja sesuai dengan tolak ukur yang seimbang. Selain itu perlu juga melihat teori lain yang terkait seperti teori organisasi, teori hubunngan dan kontrak psikologis (Rousseau, 1995; Morrison dan Robinson, 1997).

Teori pincipal - agent menjelaskan dengan persepsi berbeda, menurut teori ini insentif kepada agen yang diberikan oleh prinsipal  akan d balas SEBESAR persepsi agen untuk memuaskan kebutuhan prinsipalDalam isntif dan timbal balik kinerja tentu banyak faktor lain yang berpengaruh seperti linkungan kerja, ambiguitas tujuan dan sumber daya organisasi

 

Bukti Empiris

Seorang anak yang dibayar orang tuanya untuk memotong rumput mengakibatkan intervensi eksternal berupa uang telah mengambil alih kontrol keputusannya dalam memangkas rumput, padahal secara internal anak tersebut tidak sudah pekerjaan tersebut. Di karena kan lokus kontrol ada di moneter atau bisa jadi paksaan maka anak tersebut hanya akan mengerjakan sesuai instruksi apa adanya. Kasus kedua adalah seorang anak yang selalu memperoleh penghargaan juara kelas setiap semester, ketika kelas mengubah sistem tanpa penghargaan maka anak tersebut tidak terdorong lagi untuk menjadi juara karena lokus kontrolnya adalah penghargaan menjadi juara kelas. Intervensi eksternal dapat berupa uang, sanksi, atau jaminan. Kasus ketiga adalah ketika guru menginformasikan bahwa siapa yang bertanya akan mendapatkan nilai baik, maka banyak anak yang bertanya untuk mengejar nilai tersebut, sehingga kontrol keputusannya adalah nilai. Kasus keempat, seorang pasien tidak menaati larangan dokter dan anjuran untuk meminum obat, tekanan eksternal tidak mengubah perilakunya. Ketika dokter baru berbicara dan mengajak diskusi mengenai kebiasaan waktu santai dan kapan terbiasa minum obat, pasien tersebut menentukan sendiri jadwalnya dan dokter baru hanya menyesuaikan resep dan kira-kebutuhan yang pas dengan kebiasaannya maka akhirnya pasien tersebut dapat disiplin dalam perawatan karena berasal dari dirinya sendiri bukan tekanan eksternal (konsep partisipasi).

Beberapa meta study tentang efek crowding yaitu Rummel dan Feinberg (1988) menggunakan 45 studi ekperimental periode 1971-1985; wiersma (1992) menggunakan 20 studie 1971-1990 dan tang dan Hall (1995) menggunakan 50 studi ari 1972-1992. Meta studi sebagian besar menemukan bahwa intrinsik motivasi dirusak oleh intervensi eksternal apabila kontrol perilaku berada di luar individu. Meta studi oleh Deci, Koestner dan Ryan (1999) adalah yang terbaik dalam membahas biaya tersembunyi dari  insentif. Deci dengan analisis pada 128 studi yang bervariasi dari tahun 1971-1997 (Deci, Koestner dan Ryan, 1999) menemukan secara meyakinkan bahwa motif ekstrinsik dapat merusak motif intrinsik apabila kontrol keputusan berada di luar individu. Kondisi tersebut menyebabkan seseorang tidak bekerja secara maksimal sebatas kontrak kerja dan catatan evaluasi, kondisi ini juga diperkuat dengan lingkungan kerja, ambiguitas tujuan, peraturan dan norma organisasi.

Penelitian Barkema (1992) melihat hubungan antaran pricipal-agent berdasarkan dari supervisi dan membagi dalam tiga kelompok:

1.     Manajer di kontrol oleh perusahaan, hubungan manajer adalah impersonal. Perusahaan  menerapkan standar-standar yang harus di patuhi dan terukur lewat hasil dan nilai. Hal ini hanya sedikit berpengaruh  dan berdampak pada motivasi internal.

2.     Manajer di kontrol oleh CEO, hubungan personal. monitoring subjektif dan usaha diatur dalam SOP yang ketat, eksternal intervensi bergeser dari lokus kontrol internal ke eksternal . Pengetahuan dan profesionalitas dari agen tidak begitu dianggap. Agen hanya menjalankan SOP. Model ini sangat mengganggu motif intrinsik karena pengaturan yang ketat dan pengawasan melekat dari pimpinan.

3.     Perilaku manajer di atur dalam dewan direksi.

 

Penelitian di daycare israel (Gneezy dan Rustichini, 2000b) menunjukkan fakta menarik. Pada periode pertama tercatat beberapa orang tua yang sering terlambat menjemput anak dari tempat day care, keterlambatan tersebut membuat orang tua merasa  nggak enak dengan perawat yang membuat jam kerja perawat bertambah. Pada periode kedua day care mengenakan biaya tambahan atas keterlambatan menjemput anak dan ini bukan mengurangi jumlah orang tua yang terlambat menjemput anak tetapi malah meningkat dan orang tua menjadi merasa bahwa keterlambatan mereka bayar. Dari sini dapat dilihat bahwa kontrol internal atau rasa tidak enak mengurangi jumlah orang tua yang terlambat menjemput anaknya di banding ketika day care mengenakan tarif atas keterlambatan menjemput anak. Hal ini menunjukkan motivasi intrinsik juga lebih kuat dalam membatasi perilaku menjemput yang telat. Sementara bergesernya pada biaya yang dikenakan menyebabkan motif intrinsik orang tua bergeser ke eksternal dan menganggap hal tersebut [pembenaran dari perilaku keterlambatannya.

Survei di Swiss terkait dengan kebijakan pengolahan sampah nuklir menunjukkan 50,8% responden setuju untuk membangun pengolahan tersebut, kemudian setelah kebijakan tersebut di ambil dan parlemen menambahkan kompensasi moneter atas kebijakan tersebut malah responden yang masih setuju turun menjadi 24,6% artinya kebijakan terhadap kompensasi harus diperhatikan karena adanya efek crownding out. Lompensasi telah mengubah nilai dan pandangan dari dari reponden

0 comments:

Posting Komentar