🔹 1. Positivisme
Asal-usul: Dikembangkan oleh Auguste
Comte (1798–1857), seorang filsuf asal Prancis.
Inti pemikiran:
- Pengetahuan
ilmiah hanya sah jika berdasarkan pada apa yang bisa diamati dan diukur
secara empiris.
- Penalaran
ilmiah = observasi + pengukuran → Fokus pada fakta yang bisa diverifikasi
secara objektif.
- Bertujuan
memisahkan ilmu dari agama, karena agama berdasarkan pada kepercayaan yang
tidak bisa diobservasi.
- Hanya
hal-hal yang terlihat dan terukur yang dianggap pantas untuk
diteliti secara ilmiah.
Kelemahan:
- Menolak pemikiran
abstrak, emosi, dan subjektivitas manusia karena tidak bisa diukur.
- Melahirkan
empirisisme ekstrem, atau kepercayaan buta pada data yang bisa
diamati, tanpa ruang untuk penafsiran.
🔹 2.
Post-positivisme
Muncul karena: Kekecewaan terhadap
keterbatasan positivisme, terutama dalam memahami manusia sebagai makhluk
kompleks dan kontekstual.
Inti pemikiran:
- Menggabungkan
data empiris dan penalaran logis.
- Memandang
ilmu sebagai pendekatan probabilistik, bukan pasti → artinya
kebenaran ilmiah itu bersifat sementara dan bisa berubah tergantung
konteks.
- Tidak
menolak data, tetapi mengakui keterbatasan pengamatan manusia dan
pentingnya interpretasi.
🔹 Variasi dalam
Post-positivisme
- Subjektivisme:
- Dunia
dianggap sebagai konstruksi subjektif dari pikiran manusia.
- Tidak
ada realitas objektif tunggal → semua realitas dibentuk oleh
pengalaman dan pemahaman individu.
- Realisme
Kritis (Critical Realism):
- Percaya
bahwa ada realitas objektif di luar diri manusia.
- Tapi,
kita tidak akan pernah bisa memahami realitas itu secara sempurna
karena keterbatasan persepsi dan alat ilmiah.
- Fokus
pada struktur sosial yang tidak terlihat secara langsung, tapi
berpengaruh nyata (misalnya: kekuasaan, budaya, norma tersembunyi).
🧩 Perbandingan
Singkat:
|
Aspek |
Positivisme |
Post-positivisme |
|
Asal |
Auguste
Comte |
Kritik
terhadap positivisme |
|
Realitas |
Objektif dan
bisa diketahui |
Objektif
tapi tidak bisa diketahui secara pasti |
|
Fokus |
Fakta yang
bisa diukur |
Fakta +
interpretasi/logika |
|
Subjektivitas |
Dikesampingkan |
Diakui dan
dianalisis |
|
Contoh
pendekatan |
Survei
kuantitatif |
Mixed
methods, analisis kritis, interpretatif |
✅ Kesimpulan:
- Positivisme cocok
untuk fenomena alamiah dan terukur (misalnya fisika,
biologi).
- Post-positivisme lebih
cocok untuk fenomena sosial yang kompleks dan penuh makna (misalnya
perilaku manusia, kebijakan publik).
- Dalam
ilmu administrasi publik, banyak peneliti saat ini cenderung memakai
pendekatan post-positivis karena lebih fleksibel dan mampu
menangkap realitas sosial yang beragam.






0 comments:
Posting Komentar