Sabtu, 10 Desember 2022

LEADERSHIP DAN PSM SISTEMATIK SINTESIS Taha Hameeduddin & Trent Engbers (2022) International Public Management Journal, 25:1, 86-119, DOI: 10.1080/10967494.2021.1884150

LEADERSHIP DAN PSM SISTEMATIK SINTESIS
Taha Hameeduddin & Trent Engbers (2022)
International Public Management Journal, 25:1, 86-119, DOI: 10.1080/10967494.2021.1884150

    Konsep public service motivasi dapat digunakan seorang leader dalam praktiknya untuk dapat memotivasi, menarik, dan menahan pegawai. Literatur ini juga merupakan rekomendasi dari ritz et al (2016) mengenai pentingnya pengaplikasian motivasi pelayanan publik dalam praktik. Literatur ini mencoba mereview berbagai macam literatur tentang bagaimana kpemimpinan dan public service motivasi digunakan di berbagai negara dan berbagai konteks. sistematika literature review ini menggunakan Prisma Protocol (preferred reporting items for systematic review and meta analysis) untuk mengidentifikasi pola pada penelitian-penelitian sebelumnya yang menginformasikan hasil penelitian dan praktis. manfaat penelitian ini:
  1. Memberikan gambaran antara kepemimpinan dan PSM
  2. Mengidentifikasi pola sebab akibat antara kepemimpinan dan PSM
  3. Memahami tipe kepemimpinan dan hubungannya dengan PSM keluaran/outcomes
  4. Mengidentifikasi kontekstual faktor yang memoderating penelitian kepemimpinan dan PSM
Pendahuluan
    Sektor publik berada pada dimensi yang berbeda dengan sektor privat. Sektor privat sangat terukur dengan usahanya mencari keuntungan dan bertahan dalam persaingan maka sektor publik keberadaannya lebih pada kepuasan publik. Semakin variatifnya individu maka objek dari publik akan semakin rumit. Konsep PSM didefinisikan sebagai dorongan individu untuk melayani sektor publik berdasarkan tiga dimensi yaitu rasional, normal bis dan afektif (perry and wise, 1990). Konsep ini berkembang sehingga dilakukan penelitian terhadap organisasi publik dan dihubungkan dengan beberapa variabel seperti kinerja (Alonso dan lewis, 2001), komitmen organisasi, kepuasan kerja, ketertarikan pada layanan publik (carpenter, doverspike, dan miguel, 2012), dan perilaku etika.
    Beberapa penelitian melakukan sintesis riset pada PSM : SLR and outlook (ritz at.al, 2016), meta analysis psm and job satisfaction (Homberg et al., 2015), meta analysis: task, citizenship, job performance dimension (harari et al ., 2016), revisiting motivasion base 20 years of research an agenda for future (perry et al., 2010), unanswer question about psm design research (wright and grant, 2010), bibliometric study psm and leadership (Marques, 2021), psm global knowledge, regional perspective( Van der Wal & Mussagulova, 2022). Penelitian yang melibatkan literatur review tersebut menggunakan berbagai macam metodologi seperti meta analisis teknik, naratif review, dan sistematik literature review. Penelitian ini diperlukan sebagaimana dalam penelitian SLR Ritz at al,2016, implikasi ke dalam praktek dari manajemen sumber daya merupakan penelitian yang sangat penting yang harus dilakukan pada dekade ketiga dari PSM.
    Leadership dapat membagikan PSM dan meningkatkan perilaku totalitas bekerja pada pegawai negeri (kroll and vogel, 2014), meningkatkan desain pekerjaan maupun insentif organisasi untuk meningkatkan PSM (perry and hondeghem, 2008;Piatak et al, 2021). Para pembuat kebijakan dan praktisi mengandalkan PSM dalam hubungannya dengan pimpinan dengan semakin besarnya tantangan yang dihadapi pemerintah dalam menarik menahan, dan memotivasi pegawai (van acker, 2020; hameeduddin and fernandez, 2019; hameeduddin and lee, 2021) serta melaksanakan lebih banyak dengan sedikit sumber daya yang ada (Paarlberg and lavigna,2010). Dalam konteks ini PSM menyediakan cara yang efektif untuk menarik, mengatur, dan memberikan insentif bagi pegawai publik (perry, Engbers dan jun, 2009)
    Ada banyak aspek variabel yang mempengaruhi PSM diantaranya adalah kepemimpinan (fernandez, 2004; van wart 2014). dari aspek ini saja banyak pengetahuan yang mengaitkan hubungan antara kepemimpinan dan PSM (pandey, 2017). dan penelitian ini berbeda dari penelitian sintesis sebelumnya dengan tiga alasan penting, yaitu:
  1. Penelitian ini memfokuskan sintesis pada hubungan antara PSM dan kepemimpinan
  2. Penggunaan prisma protokol (moher et al. 2009)
  3. Penelitian ini tidak membatasi pengambilan literatur hanya dari top journal saja tetapi mempertimbangkan jurnal kebijakan publik dan administrasi yang di rank oleh scopus, sehingga keragaman studi lebih besar dan cakupan lebih komprehensif
    Paper ini terdiri dari dua bagian utama, pertama terkait dengan theoritical framework dalam memahami hubungan antara kepemimpinan dan PSM. Dimulai dengan pendekatan konseptual untuk melihat hubungan dan menilai temuan empiris pada tiga pertanyaan yang memunculkan teori dan penelitian di masa lalu. bagian kedua menggambarkan metodologi dan temuan melakukan sintesis dari penelitian yang ada dalam hubungan antara PSM dan kepemimpinan termasuk gambaran penelitian sebelumnya, lokasi jurnal, sektor metodologi isu (waktu, ukuran, dan konstruksi tempat) dan analisis. Penelitian ini untuk mencari jawaban dari tiga pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya, yaitu bagaimana pengetahuan yang ada melihat hubungan antara PSM dan leadership, tipe pemimpin seperti apa yang berpengaruh terhadap PSM dan konteks hubungannya. artikel ini akan bermanfaat dalam implikasi praktis mendiskusikan gap dari penelitian sebelumnya dan menyarankan untuk penelitian selanjutnya.

Konsep Hubungan PSM dan Kepemimpinan
PSM adalah watak yang terbentuk dari proses sosial yang panjang pada diri individu tetapi dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan organisasi (Christensen, Paarlberg, and Perry, 2017). untuk dapat memahami dasar dari PSM dan kepemimpinan maka dapat mengacu pada social learning teori dan personality teori.

A Theoretical Orientation
Hubungan antara kepemimpinan dan PSM secara empiris dapat dilihat dari efek dari kepemimpinan pada PSM seseorang, efek PSM pada kepemimpinan dan PSM sebagai mediator atau moderator antara kepemimpinan dan perilaku kerja lainnya. setiap hubungan memiliki kerangka pondasi sendiri

Efek Kepemimpinan pada PSM
    Pada teori sosial learning (bandura 1977; hunter et al., 2013; Schwartz et al., 2016). kepemimpinan memberikan rule model yang dilihat oleh pegawai pada sosok pemimpin dan akan membuat perilaku seseorang terpengaruh dengan perilaku pemimpin tersebut. termasuk PSM seorang leader akan mempengaruhi dan meningkatkan PSM bawahannya. perbedaan status dan kekuasaan antara pemimpin dan bawahannya akan menjadikan dasar pijakan perilaku bagi bawahan untuk mengikuti contoh dari pemimpinnya (hunter et al., 2013). Dengan kata lain PSM adalah dinamik dan organisasi melalui pemimpin-pemimpin organisasi dapat mempertajam pembentukan motivasi pelayanan publik pada individu (christensen et al., 2017; Piatak et al., 2021). Bahkan sebelum seseorang memilih untuk memasuki sektor publik atau private sektor, pengaruh PSM mempengaruhi pilihan tersebut, dan rule model dari mereka yang sudah bekerja di sektor publik juga turut mempengaruhi pandangan dari individu. orang akan tertarik pada suatu organisasi publik ketika melihat sosok pimpinannya merupakan sosok yang diidamkan dalam memimpin, hal ini menunjukkan pengaruh kuat leadership dalam memotivasi seseorang. bentuk sosialisasi dan pengenalan budaya organisasi merupakan suatu taktik dan strategi untuk menyelaraskan antara nilai yang ada pada individu dengan nilai yang ada pada organisasi (cable and parsons, 2001), dan dapat memperkuat nilai untuk mempengaruhi ketertarikan dan bidang (mortimer and lorence 1979)


Kepemimpinan akan Berdampak pada PSM
    Social learning teori telah menjelaskan hubungan antara pemimpin dan PSM bawahannya dan menjelaskan bagaimana PSM mediasi atau moderasi hubungan antara pemimpin dan perilaku kerja lainnya. social learning teori dapat mengantisipasi keluaran kerja seperti kinerja di mana pengaruh kepemimpinan melalui mediasi PSM. pimpinan memotivasi pegawainya dalam memberikan pelayanan dan mencapai tujuan organisasi sehingga pegawai semakin semangat dan meningkatkan outcome kerjanya yaitu kinerja yang baik dan mencapai target organisasi (schwartz et al., 2016). Para pegawai yang psm-nya telah termodifikasi karena meniru pimpinan menjadi lebih menerima intervensi dari kepemimpinan tanpa rasa kesal bahkan dengan rasa semangat yang tentu mempengaruhi hasil pekerjaan (Luu et al., 2019). Bentuk outcome pekerjaan dari pekerja yang semangat yang melihat pimpinannya seperti bekerja lebih kreatif (Luu et al., 2019), organizational citizenship behaviour (Bottomley et al., 2016), whistleblowing (Caliper, 2015), mempengaruhi kinerja (Luu and Thao, 2018; schwartz et al., 2016), perilaku sharing pengetahuan (Luu, 2015)
kepemimpinan -psm(mediating/moderating)- work outcome

Dampak PSM pada Kepemimpinan
    Ketika social learning teori berpengaruh antara kepemimpinan dan PSM pegawai maka personality teori akan mempengaruhi perilaku seseorang terutama sebagai pemimpin. kepribadian dapat dilihat dilihat sebagai perilaku emosional yang stabil (funder, 2001). Personality psikologi dapat dikonsepkan dengan struktur model personality seperti five factor model dan heksacom model (Asthon et al., 2004). model ini dapat memprediksi secara konsisten perilaku individu seperti kinerja (Barrick, Mount, and Judge 2001; judge and ilies, 2002)
    PSM pada individu akan stabil selama waktu tertentu yang sangat dipengaruhi dari lingkungan (McCrae 2000). Pembentukan karakter individu terutama perilaku psm-nya dapat dilihat dari pengalaman, kehidupan sosial, budaya atau suku (biological), agama, (Funder 2001; Bouchard et al ., 1990) konsekuensi sikap dan perilaku kehidupan kerja seperti kepemimpinan dengan menggunakan dasar teori personality untuk memahami perilaku kerja yang menunjukkan bahwa kepemimpinan lah yang dipengaruhi oleh motivasi pelayanan publik. faktor lingkungan pengalaman dan pengetahuan sosial learning dari PSM mempengaruhi perilaku kepemimpinan.

psm- leadership

Pertanyaan penelitian pertama apakah kepemimpinan mempengaruhi PSM atau PSM lah sebagai faktor yang memprediksi perilaku kepemimpinan?
    Dari beberapa literatur menunjukkan bukti bahwa kepemimpinan secara luas dapat diprediksi melalui perilaku yang stabil yang sudah terbentuk tetapi kepemimpinan dapat juga dilatih dan dikembangkan. Judge and colleagues (2002) menemukan meta analisis yang membuktikan beberapa studi menunjukkan hubungan perilaku personal yang konsisten terhadap kemunculan kepemimpinan dan keefektifannya. bukti ini berhubungan dengan teori kepribadian yang menunjukkan bahwa motivasi pelayanan publik sebagai ciri untuk memprediksi kepemimpinan. mereka yang telah memiliki PSM akan termotivasi untuk mengejar kepemimpinan karena keinginan untuk merubah kondisi dan sistem atau kebijakan mendorong seseorang untuk mencapai level pimpinan. nowell et al (2016) menemukan bukti bahwa PSM dapat memprediksi kemunculan pemimpin yang kolaboratif melalui tanggung jawab komunitas (soc-r) sense of community responsibility. Pendidikan pelatihan dan pengembangan kepemimpinan dapat memberikan efek perubahan pada organisasi outcome dalam jangka panjang (Lacerenza et al., 2017), belle (2014) menemukan bahwa program pelatihan transformational leadership memberikan peningkatan kinerja dan memiliki hubungan dalam memoderasi level PSM.

Pertanyaan kedua tipe kepemimpinan seperti apa yang mempengaruhi PSM?
    Meta analisis literatur studi sebelumnya menemukan bukti yang konsisten bahwa perbedaan intervensi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan menghasilkan variasi outcome (Avolio et al., 2009). sehingga perlu diinvestigasi lebih dalam hubungan antara tipe kepemimpinan dan PSM. Dalam kebanyakan studi administrasi publik memfokuskan pada kolektif dan post industrial style dari kepemimpinan yang menekankan hubungan antara pemimpin dan pengikutnya serta pencapaian tujuan-tujuan organisasi (Rost 1993; Ospina, 2017)
    Berbagai macam tipe kepemimpinan seperti inter Alia transformasional, etika leadership dapat mempengaruhi PSM dengan variasi impact yang berbeda-beda dari tipe-tipe kepemimpinan ini. hal ini dapat disandarkan pada setting seperti aspirational goal (Paarlberg and Lavigna, 2010), social learning (Bandura, 1977; Brown et al, 2005), intrinsik self esteem needs (Shamir et al., 1993). pada teori aspirasional goal, pemimpin mendorong bawahannya untuk menimbulkan kesadarannya dari ketertarikan individu dan fokus dalam tujuan bersama yang lebih luas. pemimpin mencoba mengajak bawahannya untuk membuat suatu program yang berguna bagi masyarakat dan mendorong dikeluarkannya ide-ide kreatif dan yang disukai dari bawahannya untuk dapat masuk dalam tujuan yang lebih luas sehingga program tersebut merupakan aspirasi dan keinginan dari semua bawahannya. teori ini mendasari pemimpin yang transformasional (Paarlberg and lavigna, 2010)
    Teori social learning perbedaan posisi dan status pemimpin akan menjadi role model bagi bawahannya ketika pemimpin menunjukkan etika dan nilai maka bawahan akan mengikuti pemimpin tersebut sehingga pemimpin yang memiliki PSM akan menularkan PSM nya ke bawahannya (Brown et al., 2005). teori sosial learning ini mendasari hubungan antara PSM dengan etika leadership (Brown et al., 2005) dan servant leadership (Shim and park, 2019)
    Teori self esteem need, pada teori ini pemimpin dapat mempengaruhi PSM dengan mengisi kebutuhan harga diri bawahannya (liu, hu and cheng, 2015) dengan memberikan penghargaan akan mendorong kebutuhan harga diri meningkat dan memotivasi pegawai untuk bekerja maupun meningkatkan psm-nya. hal ini juga memberikan dorongan motivasi intrinsik pada diri pegawai sehingga pemimpin dapat mendorongnya dengan memberikan contoh serta pengetahuan kepada bawahannya agar bawahannya menjadi lebih confidence dalam memberikan pelayanan dan meningkatkan harga diri yang nantinya meningkatkan PSM nya. Teori Self Esteem need ini mendasari Democratic leadership dalam mengajak bawahan terlibat aktif dan meningkatkan PSM nya. Setiap tipe kepemimpinan memiliki variasi hasil yang berbeda-beda tergantung tipe bawahan, kondisi lingkungan kerja dan customer yang dihadapi

pertanyaan ketiga: apakah hubungan antara kepemimpinan dan PSM adalah konstan atau berubah-ubah tergantung faktor yang kontekstual seperti bidang pelayanan maupun negara di mana PSM tersebut diteliti?
    Perbedaan konteks organisasi, bidang, dan negara memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada PSM dan kepemimpinan (perry and vandenabeele, 2015; kim and vandenabeele, 2010), walaupun PSM telah diakui secara konsisten sebagai fenomena universal (Vandenabeele, Scheelers and Hondeghem,2006), tetapi kemunculan konsep ini membawa keunikan yang didasarkan pada konteks nasional atau negara (kim and vandenabeele, 2010) terutama pada dimensi Norm base dan afektif yang sangat erat kaitanya dengan culture dan wilayah di mana local wisdom menjadi pembentuk dua dimensi tersebut seperti budaya, agama, orang tua socialization (Perry, 1997), selain itu demografi juga turut mempengaruhi perkembangan PSM seseorang. Harari et al (2019) menemukan bahwa perbedaan budaya memoderasi faktor dan jenis kelamin pada psm.
    Skala pengukuran oleh Perry (1996) menggunakan 4 dimensi yaitu ketertarikan dalam pembuatan kebijakan, ketertarikan pada publik dan panggilan tugas, empati dan pengorbanan diri. sementara itu liu et al (2008) menemukan sedikit bukti tentang sub dimensi empati di Cina dan Vandenabeele(2008) menambahkan dimensi kelima berupa demokrasi. Selain berpengaruh pada dimensi PSM konteks negara dan budaya juga berpengaruh pada kepemimpinan (guthey and jackson, 2011; Hofstede, 2009). spesifik budaya dapat memberikan efek dalam pembentukan kepemimpinan termasuk di dalamnya kecukupan nilai dan praktik untuk memelihara kepemimpinan. pembentukan perilaku kepemimpinan terbentuk dari budaya dan waktu yang mempengaruhi Sosio historis seseorang dan membentuk perilaku yang berbeda-beda pada tiap negara dan budaya (demicoglu and Chowdhury, 2020; shamir, 1992). Nilai agama maupun budaya masyarakat juga sangat menentukan perilaku kepemimpinan misal wanita di negara-negara timur cenderung tidak memiliki sikap kepemimpinan karena memang tekanan dari budaya tersebut. kepemimpinan dipengaruhi oleh atribut gender yang identik dengan pria sementara perilaku komunal seperti emosional dilekatkan kepada wanita lebih jauh asumsi ciri pada subjek selalu berubah sepanjang waktu ,(Bandura et al, 2018). banyak bukti yang mendukung bahwa motivasi pelayanan publik berada pada sektor nirlaba (mann 2006; lee 2012; park and word 2012) PSM dapat dilihat secara umum sebagai non public konstruksi dibanding dengan prososial motivasi perlu diketahui bahwa kontrak BSM berbeda dengan motivasi prososial (wright, christensen and pandey, 2013)

Metodologi
    Penelitian ini menggunakan sistematik literature review pada literatur-literatur PSM dan leadership. untuk memfokuskan struktur dari penelitian sebelumnya dan agar tidak terjadi duplikasi serta output yang konsisten maka menggunakan Prisma (moher et al, 2009). meskipun pada awalnya metodologi prisma ini digunakan dan dikembangkan untuk meta analisis dan tinjauan sistematis pada bidang medis tetapi pada perkembangannya berhasil diadopsi oleh manajemen publik (cappellaro, 2017; tummers et al., 2015)

Pemilihan Literatur dan Evaluasi
Menggunakan empat langkah yaitu:
  1. Mencari kata kunci pada title dan abstrak berupa leader or leadership dan public service motivation atau PSM pada database scopus.
  2. Mencari title dan abstrak pada jurnal Q1 dan Q2 publik administrasi yang ditentukan oleh SCIMAGO journal range atau SJR
  3. Rekomendasi dari expert atau reviewers
  4. Forward bibliometrik snowballing menggunakan penelitian dari step 2 dan 3.
    Pada step pertama menghasilkan 251 artikel, kemudian step 2 sampai keempat mendapat tambahan 100 artikel lalu setelah melakukan evaluasi terdapat beberapa duplikat artikel sehingga berkurang dan pada akhirnya memperoleh 240 artikel, selanjutnya melakukan filtrasi melalui bahasa yaitu bahasa Inggris dan limitasi peer review jurnal yang akhirnya menghapus 168 artikel. Selanjutnya melakukan kelayakan lebih lanjut dengan membaca teks secara lengkap dan akhirnya tinggal 72 artikel yang tersisa yang relevan dengan konteks literatur review yang akan diteliti. kriterianya termasuk temuan empirik dari konsep yang dimodif, PSM dan leadership menjadi bagian dari konsep yang menyusun penelitian sebelumnya, hubungan langsung antara PSM dan leadership, penelitian terkait dengan situasi antara public dan non profit sektor. Filterisasi kembali di mana beberapa penelitian yang memasukkan PSM dan leadership tapi tidak menunjukkan hubungan secara langsung dikeluarkan dan hanya pada yang menunjukkan hubungan secara langsung baik dengan konsep sehingga menyisakan 37 artikel pada final datasheet.

Analisis dan Sintesis
    Analisis pertama menganalisis gambaran data dengan menilai beberapa variabel seperti informasi, independen variabel, instrumen pengukuran, dependen variabel, moderating dan mediating variabel negara asal, sektor atau bidang level pemerintah metode riset dan desain termasuk di dalamnya ukuran sampel dan cara memperoleh data, temuan utama dan jumlah sitasi yang diperoleh dari Google scholar. Kedua mengidentifikasi pola temuan untuk menjelajahi dampak pada rencana penelitian ke depan dan pengembangan pada variabel leadership dan PSM dalam konteks profesional dan untuk menjawab 3 pertanyaan penelitian

Temuan
Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran mengenai penelitian terkait dengan kepemimpinan dan PSM, untuk menilai implikasi penelitian pada 3 pertanyaan penelitian.








Question 1: Apakah Kepemimpinan mempengaruhi PSM atau PSM menjadi indikator perilaku pemimpin?
    Kepemimpinan jelas mempengaruhi PSM dari banyak bukti penelitian pada tabel 9, bersandar pada teori social learning, goal theory and Self-Efficacy Theory. Penelitian ke depan dapat mempertimbangkan perilaku PSM dapat memprediksi kemunculan pemimpin/leader. Sifat kepemimpinan adalah sifat yang stabil dan long term, atribut calon pemimpin yang melekat pada individu antara lain: conscientiousness, extraversion, self-efficacy, motivation to lead, and gender (Ensari et al. 2011; Badura et al. 2018; Badura et al. 2020). Grant and Wright’s (2010) menghubungkan PSM dengan kinerja dengan memasukkan personality trait sebagai variabel kontrol.
    Wright and Grant (2010) mengkritik penelitian PSM yang lebih banyak membahas mekanisme dan latar belakang perkembangan PSM seseorang dibanding proses perubahan atau membuatnya berubah. hubungan pemimpin yang beretika diikuti oleh bawahan dengan PSM yang tinggi, begitu juga dengan supervisor dengan PSM yang tinggi diikuti bawahan dengan etika yang tinggi (Wright, Hassan, and Park 2016).
    Riset potensial ke depan mempertimbangkan PSM sebagai ciri/sifat untuk memprediksi kemunculan pemimpin masa depan. Nowell and colleagues’ (2016) merancang ada kelompok tanpa pemimpin dan menilai mereka yang memiliki PSM akan menjadi calon potensial pemimpin (Balthazar et al. 2009), serta PSM dapat memprediksi tipe kepemimpinan seperti apa? dilihat dari atribut seperi conscientiousness, extraversion, self-efficacy, motivation to lead, and gender (Ensari et al. 2011; Badura et al. 2018; Badura et al. 2020).

Question 2: Tipe Kepemimpinan seperti apa, yang paling banyak berpengaruh terhadap Motivasi Pelayanan Publik?
    Pada systematic literature studi terlihat penelitian transformational/transactional leadership secara teori memiliki pengaruh persuasi terhadap PSM,. 6 Penelitian (Andersen et al. 2018; Belle 2014; Caillier 2015; Krogsgaard et al. 2014; Park and Rainey 2008; Vandenabeele 2014) menunjukkan pengaruh positif antara pemimpin transformasional dan PSM. transformational menjadi inspirasi untuk mempengaruhi bawahan melalui visi dan pengaruh ideologi (Wright et al. 2012), hal ini didukung juga dengan social learning theory, bawahan mencontoh pemimpin yang akan membawa perubahan. Hubungan positif juga ditunjukkan oleh penelitian ethical Leadership (Wright et al. 2016), servant leadership (Schwarz et al. 2016; Luu 2015), and quality leadership (Ugaddan and Park 2017). tetapi penelitian employee-leader relations (Camilleri and Van Der Heijden 2007) menemukan tidak ada efek antara model pemimpin dan PSM dengan mediating organizational commitment. Schwarz and colleagues (2020) menemukan bahwa ketika ada 4 Pemimpin dinilai, maka pemimpin dengan collaborative leadership/network governance secara significant berpengaruh terhadap PSM dan kinerja.



    Memahami hubungan kepemimpinan dan PSM, membutuhkan dua langkah, pertama pendekatan hubungan dengan empirik analisis, dengan memetakan beberapa teori tentang dasar kepemimpinan yang sudah diterima secara luas seperti Fiedler’s(1967) Least Preferred Coworker, Hershey and Blanchard’s (1975) Situational Leadership Model, The Managerial Grid Model (Mouton and Blake 1964), Leader Member Exchange Theory (Graen and Uhl-Bien 1995) and chaos theories (Wheatley 2007). Teori-teori ini mewakili berbagai temuan historis dan empiris. Hal ini sangat penting mengingat bahwa studi-studi yang menyimpang dari paradigma transformasional/pelayan tradisional juga menemukan bahwa bentuk-bentuk kepemimpinan lain mempengaruhi motivasi pelayanan publik baik secara positif maupun negatif (Caillier 2020). Beberapa kategori tipe pemimpin seperti: active and passive leadership (Jensen et al. 2019), agentic and communal leadership (Eagly and Johannesen-Schmidt 2001), and positional and non-positional leadership (Heifetz 1994).

Question 3: Apakah hubungan kepemimpinan dan PSM konstan atau berubah sesuai konteks seperti national countru atau demografi lainnya?
    Kebanyakan PSM di teliti di USA dan Eropa, penerapan servant leadership efektif di asia seperti Vietnam (Luu 2015), China (Liu et al. 2018; Liu et al. 2015; Schwarz et al. 2016), and Korea (Shim and Park 2019), servant leadership mempengaruhi PSM bawahannya, peneliti mengaitkan dengan nilai dan konteks budaya timur / Confucian values (Parola et al. 2019; House et al. 2004). Penelitian di China (Schwarz et al. 2016) dan Vietnam (Luu 2015) menemukan significant dari mediating PSM pada outcome seperti (kinerja dan berbagi pengetahuan) walau secara kontext dan administratif kedua negara berbeda. Servant leadership fokus juga dalam memenuhi kebutuhan pengikut/bawahannya (Schwarz et al. 2016) dan dalam culture timur(Engbers 2017), ada balas budi dan karma sehingga bawahan akan peduli kepada pimpinan dan komunikasi yang baik terjadi (Liu and Dong 2012)

Sektor dan Level Pemerintah
    Tidak ditemukan perbedaan yang significant pada level pemerintahan. hanya dua penelitian yang meneliti motivasi kepemimpinan dan pelayanan publik di sektor nirlaba. Kelangkaan ini berimplikasi pada tiga alasan. perbedaan antara sektor publik dan organisasi non-profit
    PSM sering dibahas dengan sangat baik pada sektor non-profit. pada jurnal A JSTOR dengan pencarian keyword “public service motivation” and “nonprofit” akan menghasilkan ribuan jurnal pada top jurnal administrasi (Perry 2000; Lee and Wilkins 2011). Rainey (1982) juga membuktikan bahwa PSM lebih hidup dan berkembang pada sektor publik dan sektor nirlaba memiliki peran yang signifikan tetapi perbedaan struktur antara organisasi publik dan nirlaba tidak tepat jika dimasukkan dalam sintesis yang sama. Banyak area pekerjaan berbeda antara sektor publik dan nonprofit sector, Perbedaan ini berdampak pada hubungan leadership dan PSM yang tidak hanya pada sektor tetapi pada variasi tipe posisi dan perbedaan sektor.
    Penghilangan penelitian nirlaba tentang motivasi dan kepemimpinan sektor publik penting mengingat banyak perbedaan kelembagaan dan individu yang ada di antara sektor-sektor tersebut. Di tingkat organisasi, karyawan nirlaba umumnya dibayar lebih rendah dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam pekerjaan mereka daripada rekan sektor publik.

Implications for practice
    Dari sudut praktisi, aturan Leadership dan PSM memiliki dampak kebijakan yang significant, secara konvensional peningkatan motivasi melalui rasional dengan memberikan kompensasi moneter (Perry, Engbers, and Jun 2009) maupun fleksibilitas. Paarlberg and Lavigna (2010),leadership bisa jadi mempengaruhi PSM dengan kemunculan 3 strategi utama yaitu:
  1. Pemimpin harus fokus dengan misi yang jelas dan terukur (Caillier 2014). While Wright and colleagues (2012) menemukan bahwa transformational leadership dapat secara langsung mempengaruhi PSM dengan mengajak pegawai bersama-sama bawahan mencapai fokus tujuan dan mengembangkan strategi untuk meningkatkan PSM melalui kepemimpinan yang efektif (Wright et al. 2012)
  2. Pemimpin dapat memfokuskan visi dan tujuannya melalui gambaran misi yang jelas, membuat layanan publik visi organisasi dan peramalan dampak perasaan anggota. Rainey and Steinbauer (1999) menyediakan beberapa strategi untuk mencapai misi yaitu mengartikulasikan misi yang sulit, tetapi layak; jelas dan dapat dimengerti; bermanfaat; menarik; penting; dan khas.
  3. Ketika bawahan merasa mereka juga ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan dan membuat perubahan maka pemimpin telah berhasil meningkatkan kepercayaan diri dan PSM nya serta kinerjanya (Belle 2013). pemimpin juga membantu untuk menghubungkan bawahannya dengan klien dan melihat manfaat sosial dari pekerjaannya (Belle 2013; Kroll and Vogel 2014). sebaliknya pemimpin yang otoriter dapat menyebabkan penurunan motivasi dan kinerja (Caillier 2020; Luu 2018).
    Kepemimpinan yang melayani dan pentingnya teori pertukaran sosial (Ritz et al. 2014), Schwarz dan rekan (2016) menemukan bahwa berfokus pada kesejahteraan pengikut menimbulkan motivasi pelayanan publik yang lebih besar, sementara Luu (2015) menemukan bahwa hal itu muncul dari berbagi informasi dengan bawahan. Terakhir, budaya motivasi pelayanan publik dapat dicapai melalui perencanaan suksesi dan pengembangan kepemimpinan (Luu 2015), meskipun pelatihan perlu disesuaikan dengan usia, posisi, dan tingkat motivasi pelayanan publik karyawan (Camilleri dan Van Der Heijden 2007). studi ini menemukan stabilitas yang luar biasa antara kepemimpinan dan motivasi pelayanan publik dalam berbagai konteks, baik secara internasional (Caillier 2015; Bottomley et al. 2016; Fazzi dan Zamaro 2016; Krogsgaard et al. 2014) dan antar sektor dan tingkat pemerintahan (Fazzi dan Zamaro 2016).


Conclusion
Artikel ini dimulai dengan argumen kurangnya bukti kumulatif tentang hubungan antara motivasi pelayanan publik dan kepemimpinan, Brewer, Selden, dan Facer (2000, 261) mencatat, “Individu yang sangat termotivasi untuk melakukan pelayanan publik adalah aset yang sangat besar, tetapi mereka mungkin sulit dikelola jika mereka yakin misi pelayanan publik sedang dikompromikan.” Akibatnya, pemahaman kita tentang hubungan antara motivasi pelayanan publik dan kepemimpinan adalah kepentingan praktis. Sintesis penelitiannya menerima panggilan (Pandey 2017) untuk pengetahuan kumulatif tentang subjek yang berguna menginformasikan teori dan praktik. Namun, penelitian kami memang memiliki keterbatasan. Pertama, karena jumlah penelitian yang kami anggap rendah (n = 39), kami harus berhati-hati dalam membuat pernyataan konklusif tentang keadaan penelitian kepemimpinan atau penelitian umum tentang motivasi pelayanan publik.
    Di masa mendatang. Ini termasuk penelitian yang lebih besar dalam organisasi nirlaba, studi yang menggunakan ukuran kepemimpinan konseptual dan empiris yang lebih luas, penerapan eksperimen lebih lanjut sebagai metodologi, lebih banyak penelitian di Afrika, Amerika Latin, Asia Selatan, dan Timur Tengah, dan penggunaan yang lebih luas dari motivasi pelayanan publik sebagai variabel independen untuk memprediksi perilaku kepemimpinan. Terakhir, sintesis ini didasarkan pada studi yang menggunakan kategori pekerjaan yang agak luas, seperti "manajer". Mengingat klaim Pandey dan Starzyk (2008) bahwa birokrat tingkat jalanan dan manajemen tingkat atas mungkin memiliki komitmen yang berbeda terhadap motivasi pelayanan publik; akan bermanfaat menyelidiki bagaimana tingkat organisasi mempengaruhi interaksi antara kepemimpinan dan motivasi pelayanan publik. Melakukan hal itu, dan memperhatikan kesenjangan yang diidentifikasi dalam penelitian ini, akan memungkinkan para peneliti membangun penelitian sebelumnya dan mengembangkan rekomendasi untuk masa depan praktik kepemimpinan dan pelayanan publik.

0 comments:

Posting Komentar