Rabu, 07 Desember 2022

Public Service Motivation: A Systematic Literature Review and Outlook (Adrian Ritz, Oliver Neumann, Gene A Brewer) Public Administration Review, 76(3): 414-426.

Public Service Motivation: A Systematic Literature Review and Outlook

(Adrian Ritz, Oliver Neumann, Gene A Brewer)


Perkembangan PSM meliputi konsep, analisis perkembangan, journal yang paling sering menerbitkan tentang PSM, desain penelitian dan metode, pola penemuan empirik, dan dampak dari praktik motivasi pelayanan publik, kelebihan dan kekurangan diidentifikasi untuk menemukan penelitian selanjutnya. Penelitian PSM meluas di semua regional, multidisiplin ilmu dan multisektor. Hal yang paling penting bagaimana konsep PSM ini di praktekkan dalam bidang publik. Implikasi PSM dalam praktek sangat berguna untuk:

  • Seleksi pegawai dalam bidang publik

  • memanage pegawai untuk meningkatkan level PSM

  • traditional sistem dengan mendorong pegawai berdasarkan pay for performance, punish and reward system.


Konsep awal motivasi pelayanan publik berkembang sejak pandangan apa yang mendorong individu bekerja di sektor publik dan private (Rainey, 1982). Dalam perkembangan sejak tahun 1960 sektor publik selalu mengikuti perkembangan administrasi dan manajemen pada sektor swasta yang terus bermanuver dan pada awal tahun 1990, Perry & Wise mengembangkan konsep Motivasi Pelayanan Publik yang pada awal-awal masih terfokus di USA. Dekade selanjuntnya berkemabang tidak hanya di organisasi pemerintah tetapi di organisasi yang melakukan pelayanan sektor publik lainnya (Ritz et al., 2016). karena selain pemerintah swasta, NGO maupun organisasi kemasyarakatan juga boleh terlibat dalam pelayanan sektor publik tetapi harus memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah,

Perkembangan sektor publik  untuk meningkatkan produktivitas, orientasi pelayanan dan akuntabilitas. Kegagalan skema insentif yang diadopsi pada sektor private pada organisasi  sektor publik yang dilaksanakan di USA sejak akhir 1970 (Perry, Mesch, and Paarlberg, 2006) dan perkembangan sistem merit dalam organisasi publik (Olsen 2006) belum mampu menjawab usaha untuk meningkatkan level organisasi sektor publik.


Perkembangan Teori dan Konsep Motivasi Pelayanan Publik

sudah hampir 3 dekade sejak konsep motivasi pelayanan publik diperkenalkan oleh Perry & Wise (1990). pada dekade pertama perkembangannya hanya berada pada cabang administrasi publik dan fokus pada motivasi pegawai publik serta regional Amerika. pada dekade kedua dan ketiga perkembangan semakin masif dan lebih internasional, multidisiplin dan multi sektor. Perkembangan dalam PSM ini menunjukkan bagaimana PSM dapat berkembang lebih jauh di masa depan, walau banyak juga yang mengkritik dan meragukan konsep PSM (Bozeman & Su, 2015)

Bagaimana manajer dapat memotivasi pegawai dalam sektor publik?betapa pentingnya pegawai yang termotivasi dalam menjamin pelaksanaan roda pemerintah berjalan baik dan memperkuat civil society. Berbagai macam manfaat yang dihasilkan menyimpan potensi dalam praktik administrasi publik. artikel ini untuk melakukan sistematik review dan meringkas literatur motivasi pelayanan publik yang telah diterbitkan selama 3 dekade. struktur dari artikel ini meliputi detail pendekatan metodologi, meringkas literatur pada topik penelitian yang sentral atau utama, ringkasan temuan-temuan dalam penelitian motivasi pelayanan publik dan terakhir menyusun literatur PSM dan membuat benchmarks yang berfokus pada tiga bidang area yang menjadi perhatian yaitu, teori, metode dan konsep pengukuran


Pendekatan Metodologi Review

Pendekatan systematic literature review dilaksanakan untuk 3 alasan yaitu pertama, topik mengenai administrasi publik yang lengkap dan mengkonsolidasi pengetahuan yang telah diketahui tentang topik tersebut serta menguatkan pada yang sesuai dengan topik PSM tersebut guna memperoleh gambaran di masa yang akan datang. Kedua, definisi tentang konsep yang jelas,  dan terakhir literature review yang telah dilaksanakan sejauh ini selain yang telah dilaksanakan di negara barat (van der Wal 2015).

Dalam mereview literatur ada tiga jenis yang dapat dipakai yaitu systematic literature review, Narrative Review dan Meta analysis. systematic literature review memiliki kelengkapan literatur pada semua aspek yang dirangkum dalam penelitian dengan topik yang dilihat dari berbagai aspek, narrative review hanya berfokus pada bidang yang sempit dalam topik tersebut serta menggambarkan serangkaian studi yang disusun secara tematis dan menarik kesimpulan keseluruhan dari kesan tren. sedangkan Meta analisis adalah metode statis yang mengkombinasikan hasil dari kuantitatif studies untuk melihat trend dan fokus pada hubungan variabel.Contoh penelitian narrative literature review (e.g. Baarspul and Wilderom 2011, Bellé and Cantarelli 2012, Brewer 2008, Kernaghan 2011, Pandey and Stazyk 2008, Perry 2012, 2014, Perry and Hondeghem 2008, Perry, Hondeghem and Wise 2010, Perry and Vandenabeele 2015, Wright 2001, Wright and Grant 2010). sedangkan contoh penelitian meta analysis adalah penelitian yang dilakukan oleh Homberg, McCarthy and Tabvuma (2015) mengenai investigasi hubungan antara PSM dan kepuasan kerja dan Meta analisis mengenai hubungan PSM dan Kinerja (Warren and Chen 2013).


Langkah Pengumpulan Journal

Periode pencarian jurnal antara tahun 1990 s.d. 2014, keyword yang digunakan dalam pencarian pada mesin database journal adalah  “public service and motivation”, “PSM and public service”, “public service and altruism”, “public service and ethic”, “public service and prosocial”, “public work and motivation”, and “public employee and motivation”. dan hasilnya ada 12 penerbit journal yang paling sering menerbitkan jurnal terkait PSM. konsep PSM yang dipakai adalah yang digambarkan oleh Perry and Wise (1990). Pengukuran motivasi pelayanan publik yang dipakai tidak hanya pengukuran oleh Perry (1996) bisa menggunakan yang lain dan pada intinya adalah konsep yang mendekati mengenai motivasi pelayanan publik. Pengumpulan journal hanya pada jurnal yang sudah diterbitkan, untuk menjaga kualitas journal. hasilnya diperoleh 600 journal, kalau di spesifikkan kembali dengan kriteria berbahasa inggris menjadi 323 artikel berbahasa inggris.


Systematic Literature Review and Analysis 

Untuk mempertajam konsep motivasi pelayanan publik, pada tahap awal adalah dengan memahami “seminal article” Perry and Wise (1990). Periode 1990-2005 terdapat 29 artikel, tahap 2 dari 2006-2012 terdapat 158 artikel, tahun 2013 ada 60 artikel dan tahun 2014 ada 76 artikel. Dari sisi pengarang dari tahun 2006 hingga 2012 peningkatan drastis author yang membuat artikel mengenai PSM dengan total 137 new authors. tahun  2013 ada 69 penulis baru dan tahun 2014 ada 74 penulis baru. para penulis yang paling berpengaruh dalam kajian PSM ini berdasarkan skor tertinggi adalah Perry, Pandey, Brewer, Houston, Kim, Lewis, Selden, Vandenabeele, Wise and Wright.



Publication Outlets 

Terdapat 24 (7,4%) artikel diperoleh dari chapter book dan sisanya 299 (92,6%) artikel dari 59 journal. Adapun journal yang paling sering menerbitkan adalah Public Administration Review (34), Journal of Public Administration Research and Theory (27), Review of Public Personnel Administration (27), International Public Management Journal (25), American Review of Public Administration (20), Public Administration (19), and Public Personnel Management (19). selain itu terdapat jurnal di luar disiplin administrasi publik karena memiliki keterkaitan dengan motivasi seperti bisnis, ekonomi, pendidikan, politik, psikologi dan sosiologi yaitu Social Behavior and Personality (3), Journal of Development Economics (2), Journal of Higher Education (1), and Politics and Policy (1)


Research Design and Methods

Lokasi Penelitian dan Sektor Pengambilan Data

Persebaran lokasi penelitian, terdapat 21 penelitian yang mengambil sampel pada beberapa negara. penelitian yang dilakukan di USA sebanyak 27,5% studi menganalisis data empirik. 194 penelitian dilakukan di Eropa, 77 penelitian di Asia dan 53 studi di belahan bumi lainnya (Afrika dan Amerika Selatan). Kebanyakan data di ambil dari organisasi pemerintah sebanyak 141 penelitian (55,3%), dari non profit organisasi 6 penelitian (2,4%), sektor private ada 4 penelitian (1,6%), public-private companies/BUMN ada 35 penelitian (13,7%) public non profit sektor ada 5 (2%) dan perbandingan dari 3 sektor ada 5 penelitian (2%).

Penggunaan statistik deskriptif (199 instances, 27.0%), bivariate analisis seperti pengukuran tes beda (149, 20.2%), Faktor analisis yang bertujuan untuk mengkonfirmasi skala pengukuran (106, 14.4%), pilihan sektor dengan menggunakan teknik regresi (58, 7.9%). penggunaan model yang kompleks seperti SEM (42, 5.7%) teknik kualitatif sebanyak  32 (4.3%) seperti interview tidak terstruktru dan 15 menggunakan mix metode.


Metode pengumpulan Data

Metode dengan survey ada 146 penelitian (52.5%), data sekunder survey terdapat 69 penelitian (24.8%). wawancara individual ada 29 penelitian (10.4%), data experiment ada 12 penelitian (4.3%), document or content analysis ada 11 penelitian (4.0%), non-survey related archival data ada 4 penelitian (1.4%), focus groups ada 3 penelitian (1.1%), studi lapangan ada 2 penelitian (0.7%), dan registrasi data ada 2 penelitian (0.7%). Model pengambilan data sebagian besar menggunakan cross-sectional sebanyak 209 penelitian (81,3%), longitudinal data ada 19 penelitian (7,4%), experiment kontrol ada 12 penelitian (4,7%), studi kasus ada 11 penelitian (4,3%) dan sisanya pendekatan lain ada 6 penelitian (2,3%).


Pengukuran Motivasi yang Digunakan

Skala dimensi pengukuran yang di kembangkan Perry (1996) adapun dimensi yang digunakan dalam penelitian yang paling sering digunakan dalam setiap penelitian “commitment to the public interest” sebanyak 153 penelitian (26.4%), “compassion” sebanyak 149 penelitian (25.7%), “self-sacrifice” sebanyak 135 penelitian (23.3%) and “attraction to public policy making” sebanyak 102 penelitian (17.6%). dimensi lain di luar skala perry yang digunakan antara lain “social justice” sebanyak 30 penelitian (5.2%) dan “civic duty” sebanyak 10 penelitian  (1.7%).  dalam penelitian tersebut penggunaan dimensi pelayanan publik ada 19 penelitian menggunakan 2 dimensi saja, 42 penelitian menggunakan 3 dimensi, 92 penelitian menggunakan 4 dimensi, 3 penelitian menggunakan 5 dimensi dan 4 penelitian menggunakan 6 dimensi. 64 studi menggunakan skala dan pedoman di luar perry lebih mengkhususkan seperti “regard for the public interest” (Brewer and Selden 1998)  atau “democratic governance” (Giauque et al. 2011, Vandenabeele 2008), tetapi 26 penelitian juga masih tetap memasukkan skala perry.


Keterhubungan variabel Penelitian

Sebanyak 173 penelitian (34.1%) menilai hubungan antara PSM dan variabel outcome,  sebanyak 88 penelitian (17.3%) mengexplore potential antecedents/faktor yang membentuk dari PSM seseorang, terdapat 61 penelitian (12.0%) berhubungan dengan konsep PSM dan perkembangan perspektif dan teori di masa yang akan datang, penelitian yang membandingkan konsep motivasi antar sektor pekerja ada 48 penelitian (9.4%), penelitian yang secara intensif mereview literatur sebanyak 33 penelitian (6.5%), atau penelitian yang mencoba meng elaborate implikasi praktik sebanyak 28 penelitian (5.5%).


Empirically Tested Antecedents.

Penggunaan variabel penyebab dengan karakter gender (64 occurrences), age (56), and education (45). Other frequently assessed antecedents include job grade/management level (23), job tenure (20), place of work (16), employee-leader relations(15), minority status (15), and organizational tenure (15). sementara 31 studies menganalisis tidak berdasarkan antecedent di atas seperti social capital, national level of unemployment, world overload, deployment to war and job difficulty.


Empirically Tested Outcomes.

Outcome variable dari PSM antara lain job satisfaction (39 Kejadian), Pilihan bekerja di sektor publik atau privat (35 output), individual performance (19 output) and organizational performance (8), and organizational commitment (19), job commitment (3). Terdapat total 45 studies yang menganalisa hasil variabel keluaran lainnya selain yang disebutkan tadi antara lain civic participation, red tape perception, volunteering behaviour, and whistleblowing. Secara agregat PSM berhubungan positif dengan job satisfaction, choosing a public sector job, individual and organizational performance, organizational and job commitment, person organization fit, and organizational citizenship behavior. Penelitian lain menilai hubungan PSM dan niat berpindah sebagian besar berhubungan negatif, artinya PSM yang tinggi akan membuat seseorang bertahan di sektor publik dan PSM rendah akan meningkatkan keinginan seseorang untuk pindah dari sektor publik.


Implikasi Dari Penelitian Sebelumnya

Konsep PSM sangat relevan dalam praktik (Paarlberg, Perry and Hondeghem 2008) tetapi belum sepenuhnya terintegrasi dalam manajemen SDM sektor publik. masih terdapat kesulitan menerapkan konsep PSM ke dalam praktik. 

  • Group I, Rekomendasi praktik PSM dari penelitian sebelumnya sebanyak (59 kali) menyarankan penilaian PSM dalam rekrutmen pegawai di sektor publik,  penelitian lain menganalisis ketertarikan para mahasiswa dalam sektor publik dan meyakinkan kandidat memiliki nilai yang konsisten dengan pelayanan publik (Houston 2006), Menggabungkan konsep PSM kedalam alat assessment (Clerkin and Coggburn 2012) mempekerjakan pegawai dengan PSM untuk pekerjaan yang berkontribusi langsung ke masyarakat (Andersen and Kjeldsen 2013), grup lain yang berdekatan menyebutkan (11 kali) mengenai rekomendasi penciptaan brand pelayanan publik (Carpenter, Doverspike and Miguel 2012).

  • Group 2 merekomendasikan penggunaan manajemen praktis dalam meningkatkan PSM (32 times), seperti merekomendasikan keterlibatan pegawai dalam membuat keputusan penting (Giauque, Anderfuhren-Biget and Varone 2013a), Perubahan struktur organisasi dengan memaksimalkan PSM dan mengurangi korupsi (Pande and Jain 2014) memfleksibelkan aturan birokrasi yang terlalu kaku (Brewer, Selden and Facer 2000).

  • Grup 3 merekomendasikan penggunaan tradisional atau alternatif reward system dengan skema pembayaran berdasarkan kinerja (30 kali) seperti paket health care paket, bonus (Anderson et al. 2012), menciptakan insentif yang sejalan dengan misi organisasi (Paarlberg, Perry and Hondeghem 2008), membantu karyawan untuk memiliki pengalaman mengenai rasa dan pemahaman bahwa pengabdian yang dilakukan adalah bentuk kemuliaan dan dapat menjadi intrinsik reward bagi individu (Kim, 2006). Tetapi pelaksanaan rekomendasi dalam praktik sering menghadapi kendala terutama bagaimana dihubungkan dengan legal dan halangan dari masalah politik


Kesimpulan dari Temuan

  • Pertumbuhan publikasi terkait topik terbagi dalam 3 tahapan/gelombang evolusi (perry, 2014) yaitu evolusi terkait definisi dan pengukuran PSM, penilain dan konfirmasi dari validitas konstruk dan difusi konstrukt dan pembelajaran dari literature sebelumnya serta pengisian gap dari literatur yang sudah ada (“definition and measurement”, “assessing and confirming construct validity and diffusion of the construct”, and “learning from past research and filling shortcomings and gaps”).

  • Eropa telah menggantikan posisi Amerika dalam penelitian tentang PSM, sebanyak hampir 40% penelitian terkait PSM dilakukan di Eropa, disusul Amerika dan Asia  (Van der Wall, 2015)

  • Riset tentang PSM sebagian besar berada dalam disiplin ilmu administrasi publik dan sebagian kecil ada pada bidang psikologi, ekonomi, politik dan sosial (Perry and Vandenabeele 2015).

  • Tiga perempat (75%)  dari penelitian menggunakan data sektor publik, sisanya menggunakan data sektor private, organisasi internasional (c.f. van der Wal 2013), kontraktor/mitra pemerintah (as discussed in Pfiffner 1999) dan politik atau political respondent (Pedersen 2013, Ritz 2015, van der Wal 2013)

  • hampir 80% penelitian empirik menggunakan penelitian survey dengan cross sectional design

  • beberapa peneliti berusaha mengembangkan skala pengukuran motivasi tetapi sejauh penelitian ¾ dari penelitian masih menggunakan dimensi pengukuran yang dikembangkan oleh perry (1996).

  • Temuan empirik dalam antecedent PSM tidak konsisten, berbeda sampel dan skala pengukuran yang digunakan serta ukuran dan hasil sangat mempengaruhi hasil.

  • Sebagian besar penelitian menunjukkan hubungan positif antara PSM dan umur, level pekerjaan, hubungan dengan pimpinan(perlakuan adil dan dianggap/dilibatkan dalam tim), hubungan dengan rekan, jenis pekerjaan (kecocokan kerja dengan individu/job-person fit), job attribute (otonomi dan varietas kerja), sifat keagamaan/nilai agama, pola didikan orang tua/kehidupan keluarga, sosialisasi organisasi, persepsi pegawai tentang organisasi, ideologi politik, sukarela/volunteer dan komitmen organisasi. Hubungan negatif dengan PSM kebanyakan terkait antara PSM dan pertentangan nilai individu dan organisasi serta ambiguitas tujuan organisasi.

  • Penelitian telah mengkonfirmasi hubungan positif antara PSM dengan outcome seperti job satisfaction, public sector job choice, individual and organizational performance, organizational and job commitment, and low turnover.

  • Finally, panggilan penelitian terkait bagaimana PSM dapat secara aktif diaplikasikan dalam HRM, dan penelitian dimasa yang akan datang diprioritaskan bagaimana pengetahuan PSM yang sudah ada dapat diterapkan.


Discussion and Future Research

Penelitian lanjutan adalah bagaimana menerapkan pengetahuan tentang PSM ke dalam praktek dan berdampak dalam disiplin ilmu administrasi publik. bahkan beberapa penelitian juga menerapkan konsep ini kedalam cabang disiplin ilmu lain. penelitian kedepan setidaknya harus mampu mengatasi tiga keterbatasan utama untuk mengembangkan kualitas dan dampak dari output penelitian yaitu:

  1. Peneliti harus memberikan gambaran PSM sebagai atribut hasrat/keinginan dan melakukan tes hubungan dalam konsep hasrat/keinginan bukan diluar konsep hasrat/keinginan.konsep PSM memiliki keterbatasan dan sisi gelap

  2. penggunaan metodologi pendekatan terbaru dibutuhkan untuk membangun bukti yang lebih kuat dalam pertanyaan penelitian.

  3. Penggunaan metode survei dalam pengukuran PSM pada desain penelitian seharusnya di batasi dan dikemabngkan lebij kuat seperti penambahan dimensi melalui penelitian kualitatif, diskusi/FGD guna penambahan pemahaman konsep yang lebih luas.


Public Service Motivation Theory: Overcoming Optimism

PSM dapat menurunkan tekanan kerja, konflik nilai, ketidakpuasan kerja, keterlibatan yang berlebihan (e.g. Giauque et al. 2012, Quratulain and Khan 2013). dan secara umum peneliti menyepakati bahwa dampak yang dihasilkan PSM adalah dapat meningkatkan komitmen kerja, keterlibatan kerja, dan kinerja (Bellé and Cantarelli 2012, Brewer and Selden 1998, Moynihan and Pandey 2007b, Ritz 2009). tetapi bentuk yang berlebihan dari perilaku dapat merugikan individu dan organisasi (Demetrovics and Griffiths 2012, Macey and Schneider 2008) contohnya seperti poor work-life balance and employee burnout (Bakker 2015), The theory of internalization (Kelman 1958) berpendapat bahwa karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi yang menginternalisasi nilai-nilai kelembagaan rentan terhadap kondisi tersebut. dengan PSM yang tinggi seseorang akan terus bekerja ekstra dan pada sampai kondisi dimana jib demand tidak sesuai dengan job resource dapat menyebabkan kerentanan stress (Bakker and Demerouti 2007).

Gagasan bawah pekerja yang omit dapat memproduksi outcome yang tidak baik dapat dijelaskan dalam moral licensing theory (Miller and Effron 2010). penelitian oleh Sachdeva, Iliev and Medin (2009) menunjukkan individu dengan identitas moral yang kuat malah merasa diizinkan untuk bersikap tidak immoral atas dasar pembenaran moralnya sendiri.sehingga mengesampingkan altruisme dan perilaku sosial. permasalahan ini kondisi semacam ini rentan ditemukan pada individu dengan PSM yang tinggi dengan lingkungan yang sangat tidak stabil (turbulent environment) dan tentu akan berefek bahwa PSM yang tinggi dapat menyebabkan hasil yang kontraproduktif, sehingga perlu diinvestigasi lebih hati-hati.



Public Service Motivation Research Methods: Overcoming Shortcomings

Ada 2 area metodologi dalam review literature PSM, pertama kuatnya ketergantungan pada cross-sectional data dan metode ini tidak mengizinkan untuk inferensi kausal, dan kedua banyak temuan yang tidak konsisten terutama terkait analisis hubungan memunculkan pertanyaan tentang model yang spesifik.

Penggunaan metode cross sectional tidak mampu menyediakan bukti yang definitif dari penyebab dan dampak hubungan (Wright and Grant 2010, Kirk 2013). Maksudnya adalah data yang cross sectional ini tidak mampu melihat perkembangan PSM seseorang. peneliti akan dihadapkan pada pertanyaan penting tentang penyebab antara PSM dan konsep lain seperti bekerja yang berorientasi pada pelayanan publik (Christensen and Wright 2011), reward preferences (Pandey and Stazyk 2008), and individual performance (Andersen, Heinesen and Pedersen 2014).

Hanya ada sedikit penelitian yang menginvestigasi hubungan sebab akibat dengan data dan metode yang tepat. terdapat 19 penelitian menggunakan longitudinal designs (e.g. Andersen and Pallesen 2008, Le Grand 2010, Seider 2012, Taylor and Westover 2011) and 32 penelitian menggunakan metode kualitatif (e.g. Davis 2011, Jacobson 2011, Perry et al. 2008, van der Wal 2013), 12 penelitian menggunakan experimental design dengan control group (e.g. Bellé 2014, Brewer and Brewer 2011, Christensen and Wright 2011, Grant 2008).

Metode experiment akan sangat cocok dalam menggali pertanyaan penelitian tentang PSM (for a recent example see Pedersen 2015). tetapi tentu experiment sosial ini memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menangkap uji experiment. Penelitian longitudinal design mungkin lebih tepat karena menyediakan validitas eksternal yang tinggi dan kemampuan mengobservasi bagaimana hubungan bergerak sepanjang waktu, agar dapat di tangkap trend dan pola. contohnya penelitian Ward (2014) yang menginvestigasi efek dari partisipasi dalam program americorps  atas perubahan partisipasi PSM.

Mixed method design, dimana peneliti memanfaatkan data yang tepat, design dapat menutupi kelemahan pada kuantitatif dan kualitatif dengan menyediakan bukti yang kuat pada hubungan teori dan aturan sesuai konteks (Creswell and Plano Clark 2011, see also Perry and Vandenabeele 2015). 15 penelitian have used mixed method approaches so far (e.g. Brewer, Selden and Facer 2000, Davis 2011, Jacobson 2011, Perry et al. 2008, Seider 2012, Vandenabeele 2008). Salah satu variasi dari mix method adalah dengan mengembangkan multiple qualitative or quantitative research techniques dalam single research teknik seperti peneliti medis sering menggabungkan teknik eksperimental dan longitudinal untuk menyelidiki hubungan pematangan yang lambat, seperti dalam uji keamanan obat.

Isu yang kedua adalah terdapat ketidakkonsistenan hasil dari variabel output , hal ini karena adanya faktor mediasi atau faktor lain yang berpengaruh dalam model (e.g. Vandenabeele 2009, Wright and Pandey 2008) and moderation effects (e.g. Carpenter, Doverspike and Miguel 2012, Christensen and Wright 2011, Steijn 2008), dan kebanyakan studi tidak tepat mempertimbangkan konteks. masalah ini dapat diselesaikan dengan penggunaan secondary  sumber data yang tidak didesain dalam penelitian. Hasil yang tidak konsisten juga dapat berasal dari pengaturan studi yang berbeda dan masalah metodologi yang sulit dihindari seperti kesalahan pengambilan sampel dan pengukuran. Masalah-masalah ini membiaskan hasil studi individu dan mengaburkan ukuran efek sebenarnya (Hunter and Schmidt 2015). penggunaan meta analisis dalam melihat kelemahan dan model dan spesifik metode dalam hubungan variabel (Hunter and Schmidt 2015).

rekomendasi melakukan penelitian meta analisis untuk mengetahui temuan yang tidak konsisten dan mengupasnya


Public Service Motivation Measurement: Overcoming Uniformity

Berdasarkan variasi instrumen pengukuran dan pengembangan motif campuran agar dimasukkan dalam instrumen pengukuran. Pertama, kebutuhan akan lebih banyak keragaman dalam instrumen pengukuran diperlukan untuk memperluas dan mengklarifikasi batas-batas konseptual motivasi pelayanan publik dan memetakan hubungannya dengan variabel kunci lainnya. Sebanyak 50 penelitian merekomendasikan perkembangan instrumen pengukuran yang telah di kembangkan Perry (1996) dan mengelaborasi 4 dimensi yang ada pada Perry dengan menambahkan dimensi baru (e.g. Giauque et al. 2011, Kim 2009, 2010, Kim et al. 2013, Ritz 2011, Vandenabeele 2008).menemukan skala pengukuran terbaik tergantung konteks sosial, budaya dan wilayah.(e.g. Coursey and Pandey 2007, Kim et al. 2013, Vandenabeele 2008)

pengembangan skala baru pengukuran PSM. pendekatan pengukuran PSM yang lebih global (Wright, Christensen and Pandey 2013) dan alat ukur instrumen yang lebih spesifik dalam kepentingan pengukuran maksimal dilihat dari populasi dan tujuan. misal skala pengukuran untuk konsep komitmen organisasi, alat pengukuran harus meningkatkatkan legitimasi konsep, membantu menjelaskan konsep dan memunculkan impact dari variabel terikat. 

Orang sering salah mengartikan motivasi pelayanan publik sebagai konsep murni altruistik. Apa yang gagal mereka pertanggungjawabkan adalah bahwa individu sering melakukan pelayanan publik yang berarti karena alasan rasional, kepentingan diri sendiri, atau instrumental (Perry, Hondeghem and Wise 2010). bahkan kepentingan pribadi lebih mendominasi dan sebenarnya karena kebetulan saja sejalan dengan kepentingan publik (Brennan and Buchanan 1985). Perry (1996) mengakui kemungkinan termasuk rasional dan motif kepentingan pribadi, misal pengukuran “attraction to public policy making”.dimensi ini membuktikan bahwa kepentingan ikut campur dalam pembuatan kebijakan publik adalah bagian dari rasional dan kepentingan pribadi, dan tentu akan memperjuangkan kepentingan dahulu agar masuk dalam kebijakan publik.

Perspektif pendekatan kebutuhan untuk memotivasi, seseorang yang berperforma pada pelayanan publik dimotivasi oleh keluasan individu dalam memberikan manfaat kepada orang lain, ada percampuran motivasi. di satu sisi mereka mengejar manfaat dan pendapatan sebagai tujuan  bekerja memenuhi tanggung jawab kepada keluarga, serta motif untuk membantu, sehingga ada perpaduan motif jadi bukan semata-mata Sebagian besar motif semacam itu tidak sepenuhnya mementingkan diri sendiri atau murni altruistik, melainkan campuran keduanya (Bolino 1999, Brewer, Selden and Facer 2000, Spitzmueller and van Dyne 2013).

Gagasan bahwa PSM adalah semata-mata karena kepedulian sosial dibanding kepentingan individu adalah dikotomi yang salah, keinginan dalam memberikan performa pelayanan publik adalah seperti didorong oleh dua mesin sekaligus yaitu kombinasi dari altruisme dan kepentingan pribadi. Penelitian ke depan sebaiknya mengukur pendekatan yang memasukkan mixed motif dalam mengukur pelayanan publik, dan membangun dengan jelas motif yang hilang atau belum di temukan, di sisi lain penelitian mengenai PSM bisa menjadi terputus dalam kenyataan


Kesimpulan

Penelitian mengenai PSM semakin meningkat sejak Perry & Wise (1990) mengenalkan konsep PSM dan alat ukurnya. penelitian terkait antecedent, pengembakan alat ukur, model penelitain semakin intensif. SLR mengkonsolidasi dan mengintegrasikan penelitian2 yang sudah ada. Para peneliti harus berpikir kritis masa depan dan manfaat psm. walaupun konsep PSM masih menjadi perdebatan, tetapi jelas isu ini di bahasa dalam administrasi publik komunitas dimana peneliti dan praktisi mengakui kebutuhan akan perkembangan pemahaman apa yang menarik individu bekerja di sektor publik dan motif apa yang melatarbelakangi seseorang dalam bekerja. 



0 comments:

Posting Komentar