MOTIVASI SEKTOR PUBLIK
(James L. Perry, Lois Recascino Wise)
Source: Public Administration Review, May - June., 1990, Vol. 50, No. 3 (May - June., 1990), pp. 367-373 I
Dua dekade terakhir sejak perubahan model layanan publik tahun 1960, di mana layanan publik mengikuti perkembangan sektor privat tetapi kondisinya malah semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan penurunan kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik. Kemudian tahun 1988 pimpinan politik dan pemerintahan berjuang untuk memperbarui ketertarikan dalam melayani publik. Panggilan untuk memperbarui komitmen warga Amerika atas nilai yang diasosiasikan dengan pelayanan pemerintah pengorbanan diri dan tugas untuk kepentingan umum, pemerintah mencari cara untuk meningkatkan nilai yang mampu untuk menstimulasi perilaku manusia. Pada poin tersebut mengistilahkan dengan memperbarui motivasi pelayanan publik yang berasumsi pada nilai publik seperti motivasi untuk melayani yang efektif dan efisien agar mampu meningkatkan level kinerja.
Para intelektual dan praktisi mencari jawaban pertanyaan bagaimana memperkuat etika pelayanan publik? Salah satu yang menjadi perhatian adalah kenapa seseorang memilih bekerja pada sektor publik atau privat? hal ini diprediksi pada model perilaku manusia yang termotivasi pada kepentingan diri sendiri. Menurut sudut pandang ini kepentingan diri sendiri berakar pada perilaku manusia, insentif, organisasi, dan institusi turut mempengaruhi perilaku tersebut. Dalam perkembangannya penerapan insentif sistem dan ekstrinsik reward menjadi cara manajemen dalam mengontrol perilaku, tetapi cara ini pada dasarnya bertentangan dengan perilaku motivasi layanan publik itu sendiri. Penelitian selanjutnya mencari dan mengklasifikasi sifat natural dari motivasi pelayanan publik dan mengidentifikasi serta mengevaluasi penelitian yang berhubungan dengan perilaku pegawai publik.
Teori Dari Public Service Motivasi
Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan publik. Pelayanan publik adalah konsep, perilaku, dan panggilan jiwa untuk mengabdi atau sense of duty, dan sense of morality/panggilan untuk moral untuk mengabdi kepada publik. Motivasi pelayanan publik dapat dipahami sebagai dasar seseorang dalam memasuki institusi publik atau organisasi publik. Motif digunakan dalam psikologi atau kebutuhan dari seseorang untuk dipenuhi. Menurut Knoke dan wrightisak yang mendiskusikan mengenai dasar motif ke dalam tiga analitik kategori yaitu rasional, norm base dan afektif. Rasional motif adalah bagaimana individu memperoleh manfaat yang paling maksimal. Norm base merujuk pada tindakan untuk mentaati norma. Motif afektif merujuk pada pemicu perilaku yang mengakar pada respon emosional dalam beraneka ragam konteks sosial.
Penelitian yang paling utama dalam motivasi sektor publik secara historis berfokus pada perilaku warga negara dan beberapa elit terhadap pegawai pemerintah. Pegawai pemerintah memiliki nilai prestige sosial dan sebagai bagian yang mempengaruhi ketertarikan pada pekerjaan di sektor publik. Early insentif teori mengidentifikasikan prestige sebagai turunan dari insentif yang diperoleh dari besarnya dan tumbuhnya organisasi. Dalam penelitian Rainey (1982) menegaskan Meskipun perbedaan jelas dalam ekstrinsik reward, para peneliti melihat perbandingan level motivasi sektor publik dan sektor manajer private yang dihasilkan oleh perbedaan pengukuran motivasi.
Rasional
Setiap individu cenderung akan berpikir rasional, bagaimanapun motivasi sektor publik adalah sesuatu yang berlandaskan pada pemaksimalan manfaat individu. Pertanyaannya apa yang membuat seseorang tertarik bekerja di sektor publik apa yang bisa memaksimalkan manfaat di sektor publik? salah satu jawabannya adalah pelayanan publik digambarkan sebagai partisipasi di dalam mempromosikan kebijakan publik yang baik atau dengan kata lain dengan terjun di sektor publik dapat menjadi agen perubahan karena dengan bekerja di sektor publik memiliki wewenang serta kontribusi dalam pembuatan kebijakan publik. Ikut dalam perumusan kebijakan dapat meningkatkan Citra dan status seseorang.
Seseorang yang tertarik di sektor publik dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan dan dapat memuaskan kebutuhan pribadinya sambil melayani kepentingan sosial artinya dalam kebijakan mengatur masyarakat ada keinginan individu yang dapat dimasukkan dalam sektor publik secara rasional kepentingan ini dituangkan dalam konsep partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik. Kewenangan di dalam pembuatan kebijakan publik menjadi daya tarik bagi kepentingan individu yang berdasarkan rasional, selain posisi status sosial yang akan diperoleh sebagai pegawai pemerintah juga mendapatkan jaminan bekerja, jaminan kesehatan, jaminan perumahan dan fasilitas-fasilitas lainnya yang memberikan keuntungan maksimal sebagaimana dasar rasional.
Norm Based
Salah satu landasan normatif yang paling umum yang dapat diidentifikasikan dari pekerjaan publik adalah keinginan untuk melayani kepentingan publik. Adanya niat kepentingan ini adalah bagian dari Altruisme individu, sebagaimana manusia adalah makhluk sosial maka ada aturan serta norma yang harus ditaati dalam pergaulan dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, ada nilai seperti nasionalisme dan loyalitas kepada negara yang diperkuat melalui dedikasi berkarir untuk layanan publik. Pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan di sektor publik dan melihat manfaat yang telah diberikan dari pengabdiannya akan mampu meningkatkan rasa optimisme dan meningkatkan motivasi pada sektor publik.
Hasrat untuk melayani publik meningkat karena menganggap dirinya sangat berguna bagi kepentingan publik adalah salah satu nilai yang terintegrasi dan terkonstruksi dari motivasi pelayanan publik. Pada akhirnya akan menimbulkan rasa loyal dan panggilan jiwa untuk bertugas demi negara. Salah satu norma yang menjadi landasan administrasi publik adalah konsep kesetaraan sosial. Ketidak berimbangan di dalam sosial menyebabkan salah satu pihak memiliki kekurangan badan administrasi publik memiliki kewajiban untuk menyeimbangkan agar tercapai kesetaraan sosial.
Afektif
Adanya rasa emosional terhadap kepentingan yang lebih luas dan perlindungan atas semua hak-hak dasar yang dimiliki oleh seseorang, menggambarkan posisi moral dan emosional untuk berjuang pada kepentingan yang luas terhadap umat manusia disertai dengan kesediaan untuk berkorban demi publik atau orang lain. Tentu saja dalam praktek seseorang pasti akan bercampur motivasinya tergantung dari nilai dan pengalaman dan aneka ragam motif selama bekerja. Faktor individu atau lingkungan akan sangat berpengaruh dalam perubahan motif tapi jelas individu dapat berubah dari yang tadinya terikat pada motivasi pelayanan publik malah berubah menjadi lebih rasional misal autobiografi Robert moses yang tadinya adalah seorang pegawai negeri yang reformis dan bermotif berbasis norma lalu bergeser rasional menjadi seorang pialang kekuasaan. dan menggambarkan bagaimana kegagalan upaya Robert mouse untuk mereformasi pelayanan sipil kota new York.
Robber Mouse berkata “tidak ada standarisasi pegawai idealisme dipertahankan dan menolak kompromi, mouse percaya jika sistem yang sudah dibentuk secara ilmiah logis adil maka sistem itu akan diadopsi tentu perhitungan dalam memberikan bobot pada faktor-faktor tertentu seringkali tidak tepat. MOS tidak cukup memperhitungkan keserakahan dia tidak cukup memperhitungkan kepentingan pribadi dan tidak cukup memperhitungkan kebutuhan akan kekuasaan”
Dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman dari motif berbasis rasional, norma dan afektif muncul eksklusif dan berasosiasi dengan pelayanan publik. Perpaduan dari ketiga varietas motive tadilah yang membentuk perilaku dalam pelayanan publik. Motivasi pelayanan publik diidentifikasikan secara rasional sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam formulasi kebijakan dan komitmen pada program publik karena kepentingan individu dan pemaksimalan utility individu secara rasional. Motivasi pelayanan publik biasanya diasosiasikan dengan orientasi normatif hasrat untuk melayani kepentingan publik loyal pada tugas dan pemerintahan secara keseluruhan dan kesetaraan sosial. Sedangkan afektif aspek pada motivasi pelayanan publik dihubungkan dengan berkorban demi kepentingan yang lebih luas karena terkait dengan dasarnya adalah patriot kebijakan dan berlandaskan emosi individual.
Perilaku Implikasi Dari Motivasi Pelayanan Publik
Secara historis ada yang dikenal dengan etika pelayanan publik. Seseorang yang tertarik pada bidang publik pasti akan termotivasi dalam pilihan pekerjaannya, kinerja pekerjaan. Beberapa implikasi perilaku motivasi pelayanan publik dapat disimpulkan ke dalam bentuk proporsional sebagai berikut:
Semakin besar motivasi pelayanan publik seseorang maka semakin individu tersebut mencari pekerjaan atau terlibat dalam organisasi publik. Tetapi faktor- faktor umum lainnya yang dapat menarik orang ke dalam urusan publik atau swasta seperti faktor ekonomi, kondisi kerja, fasilitas, sarana dan prasarana termasuk lokasi kerja. Pengaruh lain adalah persepsi pandangan mengenai pekerjaan sektor publik dan sektor swasta pada lingkungan masyarakat. ekspektasi individu terhadap organisasi publik termasuk juga insentif, fashion dengan pekerjaan dan perubahan yang dinamik sepanjang waktu akan membuat individu bertahan atau meninggalkan organisasi publik.
Dalam organisasi sektor publik motivasi pelayanan publik akan berdampak positif pada kinerja individu yang memiliki motivasi pelayanan publik tersebut, mereka yang termotivasi secara alami dalam organisasi publik tentu akan bekerja ekstra karena akan memuaskan motivasinya sendiri karena sudah terintegrasi dengan pekerjaannya. sebagai tambahan karena pekerja memiliki komitmen, maka akan muncul perilaku yang inovatif seperti pegawai akan memfasilitasi organisasi dan memberikan pelayanan yang terbaik tanpa adanya embel-embel, memberikan komitmen melebihi batas yang wajar.
Organisasi publik seharusnya mampu menarik anggotanya dengan level motivasi pelayanan publik yang tinggi, dan cenderung kurang bergantung pada insentif utilitarian untuk mengelola kinerja individu secara efektif. Bekerja di sektor publik harus memiliki semangat motivasi pelayanan publik yang tinggi bukan tertarik pada insentif tetapi pada pola kerja yang sesuai. Bagi mereka yang memiliki motivasi pelayanan publik, kepuasan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi publik merupakan nilai insentif bagi pegawai tetapi bagi mereka yang tidak memiliki motivasi pelayanan publik benefit insentifnya adalah bonus atau gaji yang lebih tinggi.
Sektor publik dan sektor swasta memiliki cara operasi kerja yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Rainey (1982) tentang insentif yang disediakan pada kedua sektor membandingkan antara middle manager di sektor publik dan privat dalam membuat keuntungan bagi organisasi. Skala pengukuran insentif, tujuan organisasi yang jelas dan karakter individu. Rainey menemukan bahwa manajer sektor publik memiliki persepsi hubungan yang lemah antara kinerja dan ekstrinsik reward artinya ekstensif reward sebenarnya tidak terlalu mendukung kinerja, tetapi untuk kejelasan tujuan organisasi tidak ditemukan perbedaan sehingga hal ini berkesimpulan bahwa insentif yang berbeda dalam organisasi publik sebagai alternatif terhadap struktur insentif ekstrinsik yang dibatasi secara positif mempengaruhi motivasi dan usaha. Dalam mendukung interpretasi ini, perbandingan yang kuat hubungan antara expected timelines, quantity dan kualitas bekerja dan rasa memiliki arti dalam pelayanan publik bagi manajer republik.
Implikasi Riset
Beberapa area dalam riset masa depan yang harus difokuskan seperti prioritas yang jelas. Pertama, Kebutuhan riset harus dapat dihubungkan pada praktek dengan mengeksploitasi dan melakukan tes untuk meningkatkan pemahaman perilaku implikasi pada sektor publik dalam berbagai konteks dan pemahaman serta nilai dan insentif yang bergeser sepanjang waktu sebagai kandungan critical dalam pengembangan dan pemahaman swing di dalam popularity pekerja sektor publik. Kedua kebutuhan riset adalah pengembangan metode untuk mengukur dan memfasilitasi pemahaman bagaimana motivasi layanan publik berkontribusi kepada organisasi terutama pada komitmen dan kinerja. Bagaimana mengembangkan instrumen yang mampu untuk mengukur motivasi layanan publik organisasi publik dan nilai-nilai individu serta lingkungan organisasi secara terstruktur sehingga berhubungan dengan outcome individu seperti komitmen kinerja dan kepuasan kerja. Prioritas penelitian ketiga memiliki penekanan terhadap bagaimana motivasi pelayanan publik dapat ditanamkan kepada calon pegawai negeri bagaimana mentransfer motif pelayanan publik kepada pegawai. birokrasi tidak boleh lagi menjadi “anak cambuk” bagi politisi, beberapa berpendapat bahwa gaji yang kompetitif merupakan elemen penting dalam sektor publik untuk meningkatkan prestige tetapi tingkat gaji yang tinggi tidak terlalu menarik bagi individu yang memiliki motivasi pelayanan publik yang tinggi
Inisiatif nasional mungkin dapat menjadi katalis untuk mengaktifkan motivasi pelayanan publik. Pemimpin karismatik atau tindakan bersama dapat secara efektif mentransmit panggilan untuk pelayanan publik. Salah satu program yang dikembangkan secara normatif dan efektif untuk peningkatan motivasi pelayanan publik adalah ide menyediakan pengalaman pelayanan publik kepada mahasiswa maupun praktisi. Program panggilan terhadap pengabdian atau guna meningkatkan layanan publik dapat juga melalui teknik sebelum masuk dan pada saat masuk dalam anggota organisasi publik. Teknik ini biasanya digunakan dalam perekrutan anggota militer dan training berbasis militer untuk meningkatkan rasa patriotik dan kecintaan terhadap negara.
Kesempatan untuk berpartisipasi dalam proyek penting, membuat prototype, merupakan insentif utilitarianisme bagi pegawai publik tetapi tentu mereka juga tertarik dengan adanya otonomi dan struktur pekerjaan dan gagasan bahwa hanya orang-orang terbaiklah yang dapat masuk dalam organisasi ini sehingga rasa presiden sebagai ASN meningkat.
Kesimpulan
Penelitian ini merujuk pada krisis yang dialami oleh pelayanan publik di mana motif pegawai negeri dalam pelayanan publik rendah. Gagasan awal manajemen pemerintahan tidak berbeda dengan manajemen bisnis atau swasta bertentangan dengan kemajuan teori motivasi pelayanan publik. Definisi motivasi pelayanan publik ini secara konteks teoritis menghubungkan motif ini dengan strategi motivasi dan struktur insentif yang akan digunakan dalam pelayanan publik. Selanjutnya pemahaman yang lebih terhadap pengaruh faktor siklus pada nilai pekerjaan pelayanan publik merupakan dasar pengembangan model kerja. Akhirnya hubungan antara struktur nilai individu dan pelaksanaan pemerintah tetap menjadi perhatian penting bagi negara-negara administrasi di mana demokrasi sebagian besar dilaksanakan oleh birokrasi.
0 comments:
Posting Komentar