Teori Organisasi untuk Administrasi Publik
(Michael M Harmon dan Richard T. Mayer)
BAB 11
Organisasi Publik adalah organisasi yang berdiri sendiri dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi lainnya sehingga cara berpikir dan bergeraknya pun berbeda. landasan teori-teori yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa teori yang saling berinteraksi satu sama lain.
Teori Emergensi : Organisasi sebagai rasionalitas yang ditemukan
Dalam ilmu sosial positivisme melihat sebuah problematis dalam kondisi yang statis dan tidak problematis. hal ini tersebut dikritik dengan pandangan bahwa organisasi merupakan suatu proyeksi kesadaran manusia. jadi, apa yang dilakukan manusia dan organisasi tidak dapat dipandang objektif karena berdasarkan makna tindakan sosial yang dibentuk oleh makna-makna subjektif yang dibentuk para aktor kepada perilaku manusia (Weber, ..). Teori yang berlandaskan objektif hanya dilihat sebagai instrumen untuk mendesain awal organisasi sehingga perlu memperhatikan proses atau kelemahan dari teori objektif ketika itu sudah berjalan dalam tindakan-tindakan tersebut.
Teori Emergensi yang dikembangkan oleh Mary Parker Follet (1868-1933) melihat dari sisi perspektif integratif dan terinspirasi dari gerakan pragmatis Amerika. Ide ini muncul karena mengedepankan sifat emergensi organisasi ketimbang tindakan organisasi yang rasional. Pendekatan pertama adalah seleksi alamiah oleh Karl Weick yang melihat tindakan organisasi ditentukan secara alamiah sesuai aksi dan respon tindakan dan cara memaknai aksi dan respon tersebut. pendekatan kedua adalah psikoanalitik oleh Orion White dan Cynthia McSwain melihat tindakan dari kerangka psikis meliputi hubungan energi tak sadar dengan kesadaran.
Instrumental rasional dalam organisasi sudah sangat mengakar dan kuat dalam cara berpikir, padahal kembali kepada pendekatan diatas apa yang akan terjadi adalah hasil reaksi tindakan-tindakan dan tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang statis. Organisasi menjadi suatu perwujudan tindakan rasional. Rasionalitas telah menjadi fondasi utama organisasi tetapi Herbert Simon menyoroti bahwa rasionalitas memiliki keterbatasan kecerdasan, SDM, waktu, informasi dan perubahan. Tindakan rasional ini sangat bergantung pada pengalaman historis dan menjadi sebuah rekonstruksi artifisial yang menyesatkan, bukan dari asumsi deskriptif dan normatif dalam organisasi.
Masing masing orang mengklaim tindakannya berdasarkan dari kesadaran kita yang muncul dari pengalaman sosial. orang bertindak secara spontan dalam menanggapi hakikat situasi sosial dan perubahannya serta menggunakan logika cepat dan pengaruh alam bawah sadar yang terbentuk dari pengalaman historis serta serapan informasi.
Perspektif pandangan:
Rasional secara instrumen memandang pikiran mendahului, memunculkan, mengorientasi tindakan, padahal justru tindakanlah yang mendahului pemikiran sadar. kita seringkali bereaksi spontan terhadap respon tanpa memikirkan dahulu berdasarkan logika sadar. Makannya kadang kala seorang yang tahu teori ketika menerapkannya kesulitan karena tindakan dahulu baru pikiran sadar, sehingga sulit mengontrol tindakan berdasarkan teori.
Tujuan sosial muncul dari proses sosial, proses bukan alat instrumen untuk mencapai tujuan
perubahan lebih alamiah ketimbang stabilitas organisasi, sehingga mengenali rintangan perubahan bukan menciptakan perubahan baru dan biarkan alamiah jangan dibuat-buat
organisasi digerakkan secara logis dan historis ketimbang politik
tindakan administrasi adalah kesadaran diri, bukan memastikan tindakan yang tepat secara institusional
berteori adalah alat yang berharga untuk memfasilitasi tindakan
Mary Parker Follet memiliki pandangan pragmatis moderat, yang memegang dua keyakinan yaitu: (1) komitmen pada ide pragmatis bahwa penuntun yang paling terjamin untuk menemukan kebenaran adalah pengalaman. (2) psikologi yang beranggapan adanya diri tidak mendahului interaksi sosial.
Follet juga menolak pandangan raison d’etre atau pemaksimalan keuntungan dan pekerja hanyalah instrumen produksi ekonomi dan mengkritik gagasan pluralistik karena adanya benturan kepentingan yang berujung pada kompromi antara kepentingan yang berlawanan tersebut. Follet mendukung melalui scientific frederick taylor tapi dalam hubungan sosial sehingga tujuan organisasi berupa produktivitas dan tujuan pekerja upah tinggi serta kondisi kerja yang lebih baik berjalan beriringan.
Maksud, Pengalaman Rasionalitas
Apa yang sudah ditetapkan menjadi tujuan dalam proses tidak dapat secara lurus dan tanpa hambatan serta perubahan pada subjeknya serta lingkungan akan selalu dihadapi. Tujuan organisasi dipandang tidak hanya sebagai target karena dalam proses dalam kehidupan ada yang lebih kaya seperti tanggung jawab, moral, etika yang mulia dan negosiasi terhadap semua hal tersebut.
Integrasi dan Hukum Situasi
Dalam setiap situasi, individu yang berhadapan langsung dengan situasi akan melihat perubahan kondisi situasi secara langsung yang luput dari target dan tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan organisasi. sikap sadar pada pengalaman berarti kita memperhatikan perubahan yang dibuat oleh situasi dalam diri kita. selain itu sikap tanggung jawab dan komitmen bersama-sama menjaga sikap. Follet optimis dengan kemungkinan untuk mendamaikan individu dan organisasi sehingga dapat tercapai integrasi.
Lebih jauh Follet menyampaikan:
Seorang pemimpin bukan orang yang menegaskan kehendak individunya dan membuat orang lain mengikutinya tetapi…orang yang tahu bagaimana menghubungkan kehendak-kehendak yang berbeda sehingga memnangkitkan daya penggerak. seorang pemimpin harus tahu bagaimana menciptakan suatu kekuasaan group ketimbang mengungkapkan kekuasaan pribadi. dia harus membuat suatu tim (DA, h.248)
Follet membedakan integrasi dengan kompromi. ketika integrasi adalah penyatuan kebebasan masing-masing individu yang seragam sedangkan kompromi adalah penindasan, dimana ada yang harus dikorbankan. lebih jelas Freud mengungkapkan bahwa orang waras adalah mereka yang tidak mempunyai hasrat yang terlarang. Kelompok industri yang sehat adalah kelompok industri dimana tidak ada majikan dan karyawan yang berkompromi, bangsa yang sehat tidak akan didasarkan pada balas jasa, liga bagsa yang sehat adalah dimana tidak ada negara yang menjadi korban, psikologi modern menyebut penindasan sebagai kompromi.
Teori Manajemen Follet pada Hakikatnya adalah teori politik
sangat berbahaya ketika kekuasaan individu diserahkan untuk mendapatkan kegiatan bersama, tetapi dengan menyatukan kekuasaan kita tidak menyerahkannya. kekuasaan yang dihasilkan oleh hubungan adalah hal yang kualitatif, jika kita mengikuti seluruh aturan kita menerjemahkan segala sesuatu dalam kegiatan , maka kita melihat kekuasaan sebagai kekuasaan untuk melaksanakan sesuatu (CE, h. 191)
Tanggapan Follet mengenai teori Persetujuan
Teori persetujuan bersandar pada kekeliruan intelektualistik yang menyeluruh bahwa pemikiran dan tindakan tidak dapat dipisahkan. teori ini bersandar bahwa kita berpikir dengan “pikiran”kita dan pihak lain pun dengan “pikiran”mereka. bagaimana konsep ini dapat dibilang setuju bahkan kita sering melihat kasus-kasus ketika kita tidak mampu meyakinkan orang-orang dengan penalaran kita yang paling cermat(CE, h. 198)
Koordinasi bukan Kontrol
Follet menolak proses kontrol baik oleh kekuatan kepribadian maupun otoritas hierarkis. Koordinasi merupakan hubungan timbal balik menyampaikan ide-ide dan fakta situasi yang berubah melalui aksi dan respon serta penyesuaian di kalangan aktor. Koordinasi menghindari korban dan individu memperoleh makna dari partisipasi mereka.
Dalam proses psikologis individu kita mengetahui bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan berperang dalam dirinya ketika membuat putusan dan pilihan atau berinteraksi. keberhasilan dalam kehidupan sebagian besar tergantung pada berbagai tendensi, dorongan hati, hasrat yang disesuaikan satu sama lain yang sedang dimasukkan ke dalam suatu keseluruhan yang harmonis (PC, h 164)
kontak langsung atau perintah horizontal memberikan unsur bebas dari paksaan, dan tetap melakukan penyesuaian-penyesuain sendiri. berbeda dengan perintah vertikal yang erat dengan paksaan. Mary Parker Follet, menolak sosialisme tapi bukan pembela kapitalisme, menekankan koordinasi penyamaan tujuan bersama-sama.
Teori Seleksi Alamiah: Karl Weick
Dalam bukunya The Social Psychology of Organizing, dari judul tersebut menggambarkan bahwa organisasi sebagai makhluk hidup yang memiliki psikologi layaknya manusia. Weick mengartikan berorganisasi merupakan kegiatan sosial yang dicirikan oleh kesalingtergantungan para aktor sosial dengan perilaku yang cocok satu sama lain. Weick tidak menyebutkan untuk mencapai tujuan baik itu tujuan organisasi atau kolektif atau tujuan individu. rencana dan tujuan organisasi hanyalah sebuah simbol yang mengirimkan pesan kepada lingkungan apa yang akan dilakukan organisasi atau sebagai sebuah iklan untuk menarik investor dan klien.
Ide Herbert Simon tentang rasionalitas terbatas, karena pada prinsipnya rasionalitas tidak benar-benar memaksimalkan input informasi tapi sebatas terisolasi dalam pengetahuan terbatas para aktor pengambil keputusan termasuk konsekuensi jangka panjang atau pun informasi di luar pengalaman aktor.
Ide Weick diantaranya adalah membalikkan ide-ide tradisional mengenai sebab akibat dari kegiatan-kegiatan atau peristiwa dalam organisasi. contoh: seringkali manajer kesulitan karena lupa berpikir dalam lingkaran atau berpikir paradoks/berkebalikan misal gaya kepemimpinan mempengaruhi produktivitas, orang tua mengajarkan ke anak-anak, tujuan mempengaruhi alat, rangsangan mempengaruhi tanggapan, keinginan mempengaruhi tindakan. pernyataan ini salah karena dapat dibuktikan bekerja sebaliknya seperti produktivitas mempengaruhi kepemimpinan, tanggapan mempengaruhi rangsangan, anak mengajarkan ke orang tua, tindakan mempengaruhi keinginan.
Floyd Allport: Orang berkumpul karena ingin mengejar tujuannya sendiri-sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melakukan hal yang tertentu, dan orang lain pun juga sama, jadi walaupun tujuannya berbeda ada titik temu yang sama dalam kelompok atau organisasinya.
Berinteraksi dan berorganisasi rangkap
“perilaku seseorang tergantung input, dan respon aksi ini disebut interaksi”
Seleksi Alam dan Retrospeksi
4 model evolusioner berorganisasi didasarkan pada 4 asumsi yang saling berkaitan:
Proses berorganisasi adalah yang utama, sementara tujuan atau sasaran adalah hal sekunder
Perubahan adalah kondisi alamiah sementara stabilitas adalah kondisi yang dipaksakan
berorganisasi dianggap kegiatan yang memaknai
kegiatan memaknai biasanya dilaksanakan secara retrospek (setelah dilakukan) ketimbang secara prospektif
4 langkah dasar Weick mengenai model berorganisasi yaitu:
Perubahan Ekologis, organisasi menanggapi perubahan sehingga memaksa untuk melakukan cara-cara tertentu
Pembuatan (enactment), tercipta lingkungan aktif sebagai respon dan berdampak pada kita sendiri
Seleksi, proses pemaknaan sasaran sementara atau proses organisasional yang menghasilkan jawaban dari pertanyaan.
Kecenderungan untuk melihat masalah atau peristiwa dengan cara tertentu akan mengurangi ketegasan kita, kita cenderung melihat masalah dan peristiwa secara mainstream atau cara pandang kebanyakan. hal ini perlu diwaspadai dan pembatasan juga harus disusun secara longgar agar memungkingkan tindakan adaptif yang luwes dan dapat diimprovisasi.
“masalah organisasi bukan entropi hilangnya keteraturan, malah sebaliknya. keteraturan ditaksir terlalu tinggi dan dengan cara yang salah diberi penghargaan untuk keberhasilan adaptif. setelah diberi penghargaan, tindakan-tindakan yang teratur dilakukan lagi di masa depan, dan diperketat, dan mendadak organisasi itu mendapati dirinya dibebani oleh struktur ketat yang kuno”
seperti peraturan yang ada di birokrat dibuat semakin efektif dari masa ke masa dan pada akhirnya semua aturan menjadi semakin ketat dan sebagian sudah ketinggalan zaman dan tidak mengikuti perubahan yang terjadi.
Penyimpanan, adalah proses berpegang selama beberapa periode waktu, penafsiran-penafsiran pengalaman yang tampak mempunyai validitas jangka panjang.
TEORI TRANSFORMASIONAL (Orion White dan Cynthia McSwain)
Level struktural, berada pada posisi paling jauh dari kesadaran individu, tetapi menjadi kesadaran sisa yang masuk kedalam manusia. contoh: Kosmos, dunia, masyarakat, lembaga dsb
Level Relasi sosial, hubungan langsung individu, interaksi, dunia pengalaman yang diterima secara langsung
Level Nomologis, level yang berada dalam individu, masuk ke dalam wilayah psikologis yang jarang dibicarakan, disini pikiran individu merespon, dan memutuskan. model kesadaran mencerminkan pilihan atau gaya penanganan di dunia luar. dalam level ini gagasan di seleksi otak dan perilaku akan muncul dari seleksi tersebut
Level pertemuan manusia, merupakan level kejiwaan manusia yang paling dalam. energi bawah sadar yang mendesak kepada pemikiran utama dan tindakan.
Relasi-relasi sosial
Teori Kritis Jurgen Habermas, white melukiskan efek menindas yang dihasilkan bahasa bersifat menjustifikasi pada perkembangan individu dan relasi sosial
“penghakiman menciptakan suatu bentuk kesadaran palsu atas makna dalam komunikasi antarpribadi, hal ini membuat individu percaya bahwa percakapan bersifat menilai atas orang lain jauh lebih menarik daripada percakapan bersifat melukiskan pengalaman hidup orang itu sendiri dan pengalaman yang dipunyai seseorang dalam relasinya dengan pihak yang dinilai.”
untuk menetralkan tendensi berbahaya dari penghakiman atau penilaian dapat dilakukan dengan 2 (dua) kriteria bahasa, yaitu:
Refleksivitas, yaitu bahasa yang memantulkan kembali kepada individu apa yang sudah dan masih dilakukan, jai sifat bahasa juga desktiptifketimbang menilai.
Relasionaitas, bahasa yang mengakui jarak diantara individu yang satu dengan individu yang lain. atau pertanyaan yang mengakui sepenuhnya penafsiran pembicara yang bersifat subjektif
Semua posisi nilai moral atau nilai etis pada akhirnya akan tertutup dan bersifat sembarangan dan nilainya akan muncul dari alam bawah sadar yang sering kita sebut nurani.
AKHIR BAGI HIERARKI DAN KOMPETISI (Frederick Thayer)
Mary Parker Follet secara sungguh-sungguh membenci persaingan, dimana persaingan saling menjatuhkan, membuat perpecahan, serta menolak individualisme dan lebih memilih sistem komunitarian yang memandang pemimpin sebagai fasilitator ketimbang pembuat keputusan, menentang paksaan dan hierarkis perintah. Fredrick Thayer dalam bukunya yang kontroversial, An End to Hierarchy and Competition, mengusulan visi radikal tentang dunia baru yang didasarkan pada teori organisasi tak memaksa. thayer mendesak 3 lembaga utama dunia yang sudah berjalan ribuan tahun yakni pencabutan atas:
demokrasi politis (ide perwakilan dan demokrasi)
persaingan ekonomi
hierarki
contoh persaingan ekonomi yang dikritik Thayer adalah para pelaku bisnis saling menjatuhkan dan menekan biaya produksi serta membuka peluang dan cara-cara yang tidak fair untuk menjatuhkan lawan.
0 comments:
Posting Komentar