Public Service Motivation Concepts and Theory: A Critique
(Bozeman, SU)
Perkembangan dan popularitas PSM tidak lepas dari kritik. Pada awalnya literatur PSM cenderung berfokus pada perbandingan perbedaan dalam perilaku kerja dan referensi reward antara pekerja sektor publik dan private (Crewson 1997; Houston 2000; Rainey 1982; Wittmer 1991). Konsep PSM secara umum dan banyak diterima kalangan didefinisikan oleh perry dan wise sebagai kecenderungan individu untuk merespon dorongan motivasi publik dalam institusi publik atau organisasi, karena konsep tersebut masih sangat umum maka definisi dan konsep terus masih terus berkembang dalam berbagai aspek
Beberapa konsep PSM pada literature seperti secara umum PSM merupakan altruistik motif (Brænder and Andersen 2013; Brewer, Ritz, and Vandenabeele 2012; Bright 2008; Francois 2000; Houston 2006; Pandey, Wright, and Moynihan 2008; Perry and Hondeghem 2008a, 2008b; Rainey and Steinbauer 1999; Wright and Pandey 2008). Work-related preferences (e.g., Brewer, Ritz, and Vandenabeele 2012; Christensen and Wright 2012; Clerkin and Coggburn 2012; Georgellis and Tabvuma 2010; Kjeldsen 2012b, 2012c; Liu, Tang, and Zhu 2008; Perry and Hondeghem 2008b), or prosocial behaviours (e.g., Andersen et al. 2013; Brænder and Andersen 2013; Brewer, Ritz, and Vandenabeele 2012; Christensen and Wright 2012; Clerkin, Paynter, and Taylor, 2009; Perry and Hondeghem 2008a). Some conceptualisations focus on individual predisposition (Carpenter, Doverspike, and Miguel 2012; Clerkin and Coggburn 2012; Crewson 1997; Pandey, Wright, and Moynihan 2008; Perry et al. 2008; Perry and Wise 1990), while others pay attention to institutional and ethical factors in shaping PSM (Coursey et al. 2008; Houston 2006; Houston and Cartwright 2007; Perry and Hondeghem 2008b).
Konsep PSM sangat umum dan penelitian serta perkembangan teori dari konsep PSM. keterbatasan sumber daya menyebabkan banyak penelitian mengandalkan penelitian yang nyaman (rainer, 2011) atau pengukuran sampel yang mudah dari pada pengambilan sampel yang kuat berdasarkan kriteria teoritis. hal ini mengakibatkan para peneliti mengembangkan langkah-langkah yang sesuai dengan keadaan dari pada teori atau dengan istilah lain "membengkokkan" konsep agar sesuai dengan ukuran yang tersedia. Perbedaan mengenai lokus PSM seperti apakah PSM berkaitan terutama pada pegawai sektor publik (Carpenter, Doverspike, and Miguel 2012; Clerkin and Coggburn 2012; Houston 2006; Kjeldsen 2012b; Liu, Tang, and Zhu 2008; Perry and Wise 1990; Ritz 2009) atau PSM terjadi di semua sektor?(Andersen et al. 2013; Bright 2011; Houston 2011; Kjeldsen 2012b; Liu, Tang, and Zhu 2008; Taylor 2010) atau pada organisasi non profit?(Coursey et al. 2008; Mann 2006; Perry 2000; Wittmer 1991). PSM berkaitan dengan semua sektor (Anderson, Pallesen, and Pedersen 2011; Coursey et al. 2008; Kjeldsen 2012b; Moulton and Feeney 2011; Steen 2008).
Perry, Hondeghem, and Wise (2010, 682) menyatakan bahwa PSM tidak semata-mata pada organisasi pemerintah walau pada umum sangat erat kaitan dengan pemerintah sebagai hasil dari mandat keberadaan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik. konsep motivasi pelayanan yang dapat dilihat dari penelitian awal di tahun 1960 an (e.g., Daniels 1960; Pearce 1983; Smith and Sjoberg 1961). motivasi pelayanan didefinisikan oleh Pearce sebagai dorongan yang merujuk pada tiga tipe reward yaitu kesempatan lebih jauh dalam tujuan organisasi, kesempatan untuk membuat kontribusi yang nyata, dan identifikasi dengan misi organisasi. Duffy and Raque-Bogdan, menjelaskan 12-item untuk mengukur motivasi pelayanan.
Differentiation: PSM and altruism
Perry and Hondeghem mengkonsepkan PSM sengai spesifik exspresi prosocial, motif, tujuan dan nilai yang berorientasi pada orang lain yang merupakan kesamaan odea dari altruisme altruistic motivation” (Rainey and Steinbauer 1999, 23). PSM mencoba menempatkan posisinya di luar dari altruisme walau keduanya memiliki kesamaan dan hubungan yang sangat erat. PSM dapat melengkapi altruisme tetapi tidak menentukan sifat atau tingkat hubungan komplementer. Batson and Shaw’s mendefinisikan altruisme sebagai kondisi motivasi dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan orang lain (1991).
Altruistik oleh referensi seseorang yang dianggapnya baik untuk orang lain malah mungkin dapat membahayakan orang lain tersebut dari persepsi orang lain, sehingga masalah ini sangat kompleks. Bentuk hubungan simbiosis pada hewan dapat merupakan motif altruistik, misal hubungan altruisme yang terjadi antara burung dan mamalia. Konsep PSM dan altruisme memiliki ambiguitas tetapi kebanyakan orang menggunakan altruism dalam bahasa asli dan tampaknya memiliki makna bersama.
PSM ada kebanyakan dalam term teknikal, tidak secara luas mendidik tidak meliputi administrasi publik maka dari itu dibutuhkan lebih besar kepedulian dalam komunikasi konsep dan arti operasional. Tidak ada konsep PSM yang menyediakan keseluruhan yang cocok untuk bukti empiris yang kuat dari teori. diantara definisi yang disampaikan paling banyak digunakan (Perry dan Wise 1990, Taylor, 2008, 2010) membedakan antara PSM dari motivasi pelayanan, atau hal lain atau juga altruisme. PSM adalah berfokus pada publik tetapi tidak merinci aspek institusi yang merupakan subjek dari fokus tersebut, apabila hal tersebut memang difokuskan pada publik maka semua hal yang terlibat dalam publik akan menjadi subjek PSM, dan ada perbedaan mendasar antara konsep kepublikan dan pasar yang mementingkan diri sendiri atau kelompok dalam orientasi hasilnya.
The Gerring Framework: Criteria for Concept Assessment
Penilaian sebuah konsep menurut Gerrig (1999), gerring framework, berbeda dengan physical science, gerring framework tidak membutuhkan asumsi pada level yang tinggi dari teori dan formulasi matematika atau aksioma dan hukum penutup yang sering ditemukan dalam ilmu fisik tetapi sangat jarang menemukannya dalam ilmu-ilmu sosial. Konsep PSM yang berfokus pada publik tetapi Perry dan Wise menekankan Institusi publik yang membuat pemahaman publik hanya terbatas pada organisasi pemerintah, dan tentu menyimpang bahwa publik tidak semua tertangani oleh pemerintah, di satu sisi definisi ini juga memberikan batasan yang jelas dengan altruisme dan prososial
Menurut Gerrig (1999) suatu istilah harus menuntut perhatian orang yang berkomunikasi. PSM sebagai topik penelitian membuktikan bahwa konsep PSM beragam secara inheren valid dan menarik, dan memiliki konsep yang cukup dalam komunikasi secara ilmiah. Konsep Hondeghem (2008 b, 295) lebih variatif / tidak pelit yang memberikan beberapa petunjuk untuk pengembangan konstruk dan arah penelitian empiris. Sebagian besar konsep PSM memiliki tingkat konsistensi internal yang memadai dan memenuhi persyaratan dalam kriteria koherensi. Konsep PSM Houston menunjukkan kemungkinan masalah koherensi.
Seseorang memiliki PSM akan bertindak dan berkomitmen seperti orang tersebut mengejar insentif nya sendiri tetapi jika mereka dimotivasi oleh imbalan baru mereka menjawab panggilan maka bergantung pada faktor dan motif yang belum tentu dapat diamati dalam perilaku . ini adalah kriteria diferensiasi yang menjangkiti sebagian besar PSM, Motif internal sulit untuk diprediksi dalam pengamatan atau observasi perilaku. bisa jadi mereka yang menjawab panggilan untuk bekerja di sektor publik bukanlah semata-mata memiliki PSM yang tinggi tetapi faktor lain yang tersembunyi yang tidak teramati.
Konsep PSM tetap ambigu karena tidak membedakan memadai dari konsep lain. Sebagian, ini karena PSM, pada saat yang sama, adalah "kekuatan", sebuah "watak", dan secara bersama-sama, "kepercayaan, nilai dan sikap” (Vandenabeele 2007,549). PSM juga berhubungan erat dengan intrinsik motivasi (untuk ikhtisar konsep, lihat Ryan dan Deci 2000). Jika PSM, pada saat yang sama, adalah keyakinan, nilai, dan sikap dan perilaku, lalu bagaimana cara membedakannya? peneliti tentu tidak menyadari kebutuhan untuk membedakan konsep. Perry, Hondeghem, dan Wise (2010) membahas hal ini, memberikan beberapa klasifikasi yang membantu. Mereka menekankan bahwa PSM adalah secara konseptual berbeda dari kepentingan pribadi tetapi mengakui bahwa itu adalah “bentuk aneh dari altruisme atau motivasi prososial yang dianimasikan oleh disposisi dan nilai spesifik yang muncul dari institusi publik dan misi” (2010, 682).
Kriteria kedalaman Gerring berkaitan dengan jumlah properti termasuk dalam konsep. Skor konsep Vandenabeele (2007). sangat tinggi pada kriteria ini, menggambarkan bahwa kedalaman sebagai kriteria untuk menilai konsep (mirip dengan kriteria untuk menilai statistik hubungan atau desain penelitian) sering melibatkan trade-off s-dalam hal ini kasus, trade-off s dengan kekikiran. Selain itu, kriteria kedalaman tampaknya bukan yang paling mendesak saat ini dalam sejarah teori PSM.
Secara Umum bukti empiris terkait PSM sudah dapat diterima dan secara konsisten terkait erat dengan konstruksi konsep yang digunakan. Tetapi ada juga yang tidak mendukung seperti penelitian oleh Christensen dan Wright 2011; Kjeldsen dan Jacobsen 2013. Adanya keambiguan antara konsep PSM dengan konsep lainnya sehingga tidak tegas membedakan konsep PSM secara tepat. Penelitian yang menempatkan PSM sebagai dependent variabel masih sangat jarang padahal tersebut penting untuk memperkuat konsep penyebab PSM yang masih perlu banyak diteliti selain faktor anteseden nya (Andersen dan Pedersen 2012; Kjeldsen 2012c; Kjeldsen dan Jacobsen 2013). Bagaimana PSM dapat terbentuk dan berhasil, hipotesis bagaimana PSM berkembang dan mengapa beberapa orang PSM nya meningkat dan beberapa lagi menurun (Wright dan Grant 2010). Masih lemahnya kemajuan dalam memetakan penyebab PSM (Perry et al., ,2008) misal Moynihan dan Pandey (2007) telah memberikan wawasan bagaimana organisasi karyawan dapat mempengaruhi PSM.
Bagaimana mengembangkan dan mengubah perilaku PSM, atau PSM berasal dari genetik, atau pola tertentu sebagai penyebabnya? Apakah PSM dapat dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya? Apakah PSM dapat ditanamkan secara formal seperti menerima gelar master dalam administrasi publik atau gelar master dalam pekerjaan sosial atau sertifikasi dalam etika teknik? Apakah dapat di pelajari di tempat kerja seperti model perilaku PSM rekan kerja yang dapat ditularkan atau apakah PSM merupakan akumulasi dari pengalaman hidup semacam komitmen kepada orang lain, nilai religiusitas atau spiritualitas, dorongan orang tua dan pengalaman pribadi yang di pahami. PSM sebagai variabel dependen perlu dikembangkan. Faktor-faktor yang berinteraksi akan memicu variasi PSM misal susunan psikologis individu, organisasi efek sistemik, interaksi teman sebaya.
Akhir-akhir ini, para sarjana cenderung meremehkan hubungan antara PSM dan motivasi intrinsik, lebih menekankan pada komponen kelembagaan PSM (Perry, Hondeghem dan Wise 2010; Vandenabeele 2007). Misalnya, dimensi kelima PSM dibentangkan dan diberi label sebagai “pemerintahan demokratis”.(Vandenabeele 2008). PSM melayani Publik buka spesifik pada individu lain atau kelompok lain, publik memiliki jangkauan yang lebih luas, mementingkan kepentingan orang banyak, bukan individu orang lain yang kecil. PSM mengingatkan Gap antara penelitian dan teori, agar dapat meyakinkan kembali teori PSM, pertama Saran pertama adalah untuk penelitian memilah disposisi dari aspek lingkungan PSM. Saran kedua, tidak sepenuhnya baru, adalah menggunakan pengaturan dan eksperimen laboratorium untuk melakukan beberapa aspek empiris dasar PSM. Hubungan asal usul PSM atau sebab kausal dari PSM. PSM sebagai dependent variabel dan PSM sebagai independen variabel pemahaman PSM disebabkan oleh unsur apa sangat penting dan agar dapat memahami PSM sebagai variabel independen menjadi lebih berguna.
Isu-isu seperti apakah PSM melekat pada individu e.g., Perry and Wise 1990), masalah sosialisasi (e.g., Bright 2013; Vandenabeele 2011; Ward 2013), terkait untuk pekerjaan (misalnya, Andersen dan Pedersen 2012; Houston 2011), atau bekerja dalam konteks di mana fokusnya adalah menyediakan layanan (mis.,Houston 2011; Kjeldsen dan Jacobsen 2013). lalu bagaimana dinamika PSM dan perkembangannya dinamisme, selain konsep dan konstruksi yang memuaskan PSM (yang kami asumsikan untuk saat ini), adalah kualitas longitudinal data tentang lintasan karir (mis., Brænder dan Andersen 2013; Christensen dan Wright 2011; Kjeldsen dan Jacobsen 2013). Rancangan penelitian membutuhkan pre-test PSM awal, mungkin di antaranya mahasiswa (Christensen dan Wright 2011) atau dokter (Kjeldsen dan Jacobsen 2013), dan kemudian sampel bertingkat itu
akan memiliki varians yang cukup untuk mengakomodasi berbagai macam pekerjaan konteks (tidak hanya publik, swasta, dan nirlaba tetapi juga perbedaan fungsional dan, terutama, perbedaan dalam penyediaan layanan).
Desain harus memanjang untuk melacak efek tidak hanya sosialisasi tetapi juga kekecewaan dan kelelahan (mis., Kjeldsen dan Jacobsen 2013). Desain longitudinal juga penting untuk menguji peralihan pekerjaan dan peralihan sektor untuk menentukan efeknya berasal dari perubahan tersebut (misalnya, Christensen dan Wright 2011; Wright dan Christensen 2010; Wright dan Hibah 2010). Dengan desain seperti itu, misteri asal-usul PSM kemungkinan besar bisa diletakkan.
program penelitian 2 : Validasi PSM studi laboratorium, penelitian PSM akan di uji dalam lab. Wright dan Grant (2010) sampai pada kesimpulan yang sama. Ada tradisi yang kuat pekerjaan eksperimental pada konsep yang berdekatan, terutama altruisme (misalnya, Charness dan Haruvy 2002; Fong 2007; Grusec 1972). Eksperimen terbukti sangat berguna dalam membantu mengembangkan dan mengaitkan konsep (bukan indeks atau konstruksi) dari PSM (mis., Bellé 2013; Christensen et al. 2013). Contoh sederhana sudah cukup. Perawatan eksperimental itu melipat perilaku altruistik atau perilaku lain dari beberapa jenis menjadi konteks publik (dan kemudian ke dalam konteks yang tidak ditentukan atau pribadi) bisa memberikan indikator makna konteks itu atau, terkait, publik lembaga sebagai instrumen. Tetapi ada banyak cara lain yang memungkinkan di mana eksperimen laboratorium dapat memberi kekuatan pada konsepsi PSM. Misalnya, ada kekhawatiran lama apakah tinggi skor pada skala PSM sebenarnya sesuai dengan perilaku apa pun yang dapat diamati.
0 comments:
Posting Komentar